Dibandingkan dengan Januari 2023 (year-on-year/yoy), PCE naik 2,4%. Ini menjadi yang terendah sejak Februari 2021 dan angkanya sesuai dengan ekspektasi pasar.
Sedangkan PCE inti (mengeluarkan komponen makanan dan energi) berada di 0,4% mtm, cocok dengan perkiraan pasar. Kemudian PCE inti tahunan ada di 2,8% yoy, terendah sejak Maret 2021 dan sejalan dengan proyeksi pasar.
PCE adalah indikator yang dipakai bank sentral Federal Reserve untuk mengukur inflasi. Data terbaru memberi gambaran bahwa proses disinflasi terus berjalan, dan perlahan tetapi pasti menuju target 2%.
Artinya, pelaku pasar makin yakin bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Isu penurunan suku bunga acuan menjadi sentimen positif bagi emas, yang berstatus aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).
“Jika terjadi dinamika yang memancing pemikiran bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat, maka itu akan positif bagi harga emas,” tegas David Meger, Director of Metal Trading di High Ridge Futures, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 58,71. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun perlu menjadi perhatian bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 100. Sudah maksimal, sudah sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, ada kemungkinan harga emas akan terkoreksi dan masuk fase konsolidasi. Target support terdekat ada di US$ 2.035/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga turun lagi menuju US$ 2.028/ons.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.045/ons. Jika tertembus, maka harga emas berpeluang naik lagi ke arah US$ 2.054/ons.
(aji)