Nikel Bisa Menjadi 'Game Changer' Bagi Masa Depan Rupiah
Tim Riset Bloomberg Technoz
29 February 2024 12:33
Bloomberg Technoz, Jakarta - Kebijakan penghiliran nikel yang ditujukan agar Indonesia bisa mengekspor komoditas tambang yang memiliki nilai tambah, bisa memberikan keuntungan bagi penguatan nilai tukar rupiah ke depan.
Kajian terbaru Bloomberg Intelligence yang dirilis hari ini, Kamis (29/2/2024) memperkirakan, hilirisasi nikel dan beberapa kebijakan pembatasan ekspor seperti larangan ekspor bauksit mulai Juni tahun lalu, akan semakin banyak menarik dana investasi asing ke dalam negeri dan membantu kekuatan rupiah dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
"Reorientasi kebijakan Indonesia menjadi pemain komoditas yang memberikan nilai tambah atau melalui pencabutan larangan ekspor bisa membantu rupiah dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang, ekspor nikel dapat menjadi pendorong yang kuat bagi rupiah," kata Bloomberg Intelligence Chief Asia FX and Rates Strategist Stephen Chiu dan Bloomberg Intelligence Senior Associate Analyst Chunyu Zhang dalam kajian.
Rupiah telah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di antara mata uang Asia sejak tahun 2023 dan kemungkinan masih bisa mempertahankan capaian itu dalam jangka pendek, menurut analis. Daya tarik rupiah sebagai mata uang carry-trade, kehati-hatian kebijakan Bank Indonesia dan kebijakan-kebijakan yang bisa menarik lebih banyak modal asing masuk dan bisa memperkuat cadangan devisa, kesemuanya akan menguntungkan rupiah dalam jangka panjang.
Dalam jangka menengah, mungkin terdapat hambatan seperti larangan ekspor, normalisasi harga komoditas, serta kembalinya defisit struktural transaksi berjalan serta kekhawatiran terhadap melonggarnya kedisplinan fiskal di pemerintahan baru nanti. Namun, menurut analisis Bloomberg Intelligence, hal-hal tersebut masih akan terlampaui oleh potensi lonjakan keuntungan sehubungan dengan kebijakan hilirisasi nikel dalam jangka panjang.
Dalam perhitungan Bloomberg Intelligence, rupiah keluar sebagai mata uang dengan skor tertinggi di antara mata uang Asia lain pada 23 Februari, memperlihatkan daya tarik kuat dalam waktu dekat.
Ekspor minyak sawit dan batu bara mungkin hanya memberikan dukungan yang terbatas terhadap neraca transaksi berjalan Indonesia dan rupiah pada tahun 2024, dengan kecenderungan melemah. Kedua komoditas ini selama ini menjadi andalan Indonesia ekspor, masing-masing menyumbang sekitar 2-3% PDB pada tahun 2023.
Meningkatnya harga komoditas selama dua tahun terakhir telah mendukung neraca perdagangan Indonesia, namun normalisasi harga bisa menjadi menekan nilai surplus neraca ke depan.
Permintaan ekspor minyak sawit pada tahun 2024 bisa tertahan oleh banyaknya komoditas pengganti. Sementara permintaan terhadap batu bara mungkin masih tetap kuat terutama ketika bank sentral di banyak negara memasuki fase pelonggaran moneter yang akan mendorong konsumsi secara keseluruhan.
Analis dari Bloomberg Intelligence memperkirakan akan terjadi penurunan harga batubara sebesar 10% tahun ini yang berlangsung bersamaan dengan potensi kenaikan permintaan sebesar 7%. Alhasil, diprediksi akan terjadi penurunan 4% nilai perdagangan bersih (net trade balance) tahun ini dibanding 2023.
Indonesia melarang ekspor nikel mentah sejak awal 2020 dan melanjutkan pelarangan ekspor bauksit sejak Juni 2023. Perusahaan-perusahaan asing didorong untuk menyuntik permodalan dan berinvestasi di berbagai pabrik pengolahan sumber daya tambang.