Selanjutnya Goto tetap mendapatkan manfaat dari bisnis Tokopedia melalui pendapatan dari layanan (e-commerce service fee) dan secara langsung tidak menjadi beban keuangan perseroan. Pasalnya Goto menyisakan kepemilikan saham mayoritas, dengan 75,01% saham baru yang diterbitkan Tokopedia telah diserap oleh TikTok.
“Goto akan menerima pendapatan berkelanjutan yang sejalan dengan skala dan pertumbuhan Tokopedia,” kata dia. Aliansi TikTok dan Tokopedia juga diharapkan menjadi kekuatan baru dalam peta persaingan untuk pasar Indonesia.
Patrick berharap mereka akan menjadi pemain nomor satu dalam beberapa tahun mendatang, pasalnya terjadi penggabungan dua kekuatan besar transaksi digital sekitar US$21,6 miliar (sekitar Rp336,9 triliun).
Patrick secara terbuka pada awal tahun mengatakan bahwa kemitraan dengan TikTok adalah pilihan terbaik. Jika bertarung sendirian justru yang terjadi pasar Tokopedia pelan-pelan akan tergerus.
“Apa yang saya hadapi saat itu adalah pilihan untuk bertahan atau tidak, memang kematiannya akan perlahan-lahan namun pasti. Orang bilang kenapa mau memberikan 75% saham untuk uang, banyak kritik dari kesepakatan [GOTO bersama Tiktok],” jelas dia.
New Tokopedia (penamaan pasca bersatunya TikTok-Tokopedia), yang merupakan kesepakatan lewat perjanjian investasi lebih dari US$1,5 miliar, dapat mempercepat realisasi laba sebelum beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) positif GOTO.
Lebih baik GOTO mendukung secara pasif pada bisnis Tokopedia, namun harus rela melepas kepemilikan mayoritas di PT Tokopedia.“Kami akan kehilangan lebih banyak lagi pangsa pasar jika kami tidak melakukan apa pun. Setelah kami bergabung, kami memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemain nomor satu di pasar yang jauh lebih besar,” pungkas Patrick dilaporkan Bloomberg News.
(wep)