Namun, Eddy menggarisbawahi pentingnya perhitungan yang matang dan hati-hati bila pemerintah pada akhirnya ingin meningkatkan bauran biodiesel melebihi 40%.
Terlebih, produksi sawit Indonesia diproyeksikan bakal stagnan pada 2024. Hal ini terjadi imbas tidak adanya ekspansi kebun sawit dan laju peremajaan sawit rakyat yang rendah.
Adapun, total produksi CPO dan palm kernel oil (PKO) pada 2023 adalah 54,8 juta ton. Angka ini meningkat 7,02% dibandingkan dengan produksi 2022 sebesar 51,2 juta ton.
Bila konsumsi dalam negeri yang saat ini mencapai 42,4% dari produksi terus meningkat, Eddy menyebut, penurunan volume ekspor bakal terjadi. CPO dari Indonesia padahal dibutuhkan untuk negara lain seperti Pakistan.
“Kemarin waktu saya dari Pakistan, memberikan paparan dan presentasi di salah satu universitas. Mereka memberikan pertanyaan dan khawatir karena konsumsi Indonesia naik dan produksi stagnan. Mereka sampaikan ‘bagaimana dengan Pakistan?’” ujarnya.
“Waktu ada larangan ekspor, Perdana Menteri Pakistan telepon Presiden Joko Widodo, mereka sangat membutuhkan. Jadi kita harus hati-hati dalam menaikan campuran ini. Harus diperhitungkan karena kita tidak hanya dibutuhkan dalam negeri, dunia juga membutuhkan. Walaupun kampanye negatif seperti itu, dunia masih membutuhkan sawit Indonesia."
Dalam kaitan itu, Gapki memproyeksikan adanya penurunan tingkat volume ekspor CPO serta derivatifnya dibandingkan dengan 2023 yang berada pada level 32,2 juta ton.
Eddy tidak menjelaskan dengan lengkap perihal proyeksi tingkat penurunan volume ekspor, tetapi memastikan bahwa volume ekspor tidak turun terlalu banyak dari 2023 dan masih berada di atas 30 juta ton.
“Ekspor 2022 kan 33 juta ton, 2023 adalah 32 juta ton, terjadi penurunan sedikit karena macam-macam situasi global. Kemungkinan tahun ini masih di atas 30 juta ton, tidak terlalu banyak turunnya, jadi turun sedikit di bawah 2023,” ujar Eddy.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah perekonomian China yang belum pulih. Dalam kaitan itu, China memegang peranan penting dalam mempengaruhi tingkat volume dan nilai ekspor ekspor CPO.
Selanjutnya, penurunan volume ekspor juga diprediksi terjadi karena kebutuhan dalam negeri yang meningkat seiring dengan program mandatori biodiesel.
(dov/wdh)