"Terus-terusan (minta) beras harus murah tapi tiap hari perumahan dibangun menggusur sawah, pabrik dibangun menggusur sawah, seolah sawah tidak penting," kata Dedi.
Dedi berharap dengan fenomena kelangkaan dan kenaikan harga beras ini, membuat masyarakat sadar pentingnya kesinambungan dalam hidup. Dedi meminta jangan suka meremehkan sawah.
"Karena kalau sawah kehilangan buruh taninya maka beras akan langka. Kalau beras akan langka, kamu punya apapun di rumah, tidak ada beras, kamu menderita," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, lonjakan harga pangan terutama beras dan berbagai komoditas pokok dapur semakin tak terbendung.
BPS mencatat komoditas pangan memberi sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di Indonesia, mencapai 73% di perkotaan dan 76,08% di perdesaan. Komoditas beras menyumbang garis kemiskinan terbesar yakni hingga 19,35% di perkotaan dan 23,73% di perdesaan.
Lonjakan harga beras dipastikan menyeret banyak orang Indonesia menjadi semakin miskin. Harga beras eceran sudah mencatat kenaikan 15,82% year-on-year pada Januari 2024.
Mengacu pada data pusat harga pangan yang dipantau oleh Bank Indonesia, harga beras medium yang terbanyak dikonsumsi orang Indonesia, sudah menyentuh Rp15.850/kilogram, Senin (26/2/2024). Sementara beras premium bahkan sudah menyentuh Rp16.750/kg.
Di beberapa daerah harga beras bahkan sudah menembus rekor termahal sepanjang sejarah di atas Rp18.800/kg menurut pemantauan Bank Indonesia.
(ain)