Meskipun mencatat kenaikan, nilai permintaan yang masuk dalam lelang hari ini masih belum menyamai animo lelang SUN yang digelar sebelum pemilu pada akhir Januari lalu ketika incoming bids menembus lebih dari Rp70 triliun.
Dari tujuh seri yang dilelang hari ini, seri Fixed Rate FR0101 yang jatuh tempo pada 2029 (tenor 5 tahun) menjadi surat utang yang paling diminati peserta lelang dengan nilai permintaan masuk mencapai Rp17,79 triliun.
Sedangkan seri tenor pendek SPN yang jatuh tempo Mei 2024 nanti menjadi seri yang paling tidak diminati dengan incoming bids terendah, hanya Rp640 miliar.
Mencermati permintaan imbal hasil, dalam lelang hari ini permintaan yield peserta lelang relatif lebih rendah dibanding lelang sebelumnya.
Sebagai contoh untuk salah satu yang paling laris FR0100, dengan nilai incoming bids sekitar Rp12,93 triliun, yield tertinggi yang diminat sebesar 6,7% sedangkan terendah di 6,56%. Imbal hasil itu lebih rendah dibanding permintaan dalam lelang SUN sebelumnya yang berkisar 6,63%-6,8%.
Sedang untuk seri paling laris FR0101, yield yang diminta antara 6,48%-6,93% dan dimenangkan di 6,50%. Tingkat imbal hasil untuk tenor 5 tahun itu lebih tinggi dibanding acuan SUN-5Y saat ini yang sebesar 6,45%. Pemerintah akhirnya memenangkan permintaan masuk sesuai target indikatif yaitu Rp24 triliun.
Hari ini pasar SUN cenderung tertekan dengan kenaikan yield di hampir semua tenor terutama tenor 3 tahun yang naik 1,9 bps. SUN berdenominasi dolar AS, INDON, juga mencatat kenaikan imbal hasil terutama tenor 7 tahun yang naik 3,1 bps ke 4,99%.
Tekanan pada pasar SUN berimbas pada otot rupiah yang cenderung melemah di mana sampai jelang penutupan pasar hari ini, rupiah menjadi satu dari tiga mata uang Asia yang melemah. Sementara mata uang Asia lain cenderung menguat atau stabil.
(rui/aji)