Arus dana sekitar US$5,6 miliar (Rp87,36 triliun) telah mengalir ke sejumlah ETF Bitcoin yang mulai bursa tradisional Amerika Serikat (AS) pada 11 Januari. Ini menandakan meluasnya permintaan untuk token ini di luar investor aset digital. Momentum Halving Bitcoin menambah sentimen optimis berdasarkan perkiraan analis.
MicroStrategy, sebuah perusahaan perangkat lunak —yang membeli Bitcoin sebagai bagian dari strategi perusahaannya— mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah membeli sekitar 3.000 token lagi bulan Januari. Perusahaan ini sekarang memiliki sekitar US$10 miliar Bitcoin.
“Kami tidak mengharapkan kemunduran besar dari Bitcoin mengingat penembusan dan momentum jangka menengah yang positif,” Katie Stockton, founder Fairlead Strategies, menulis dalam sebuah catatan.
Nilai gabungan aset digital kini mencapai sekitar US$2,2 triliun, menurut CoinGecko, dibandingkan dengan titik terendahnya di tahun 2022 sekitar US$820 miliar selama pasar bearish dan sebuah platform kripto lainnya runtuh.
Token digital melonjak meskipun investor telah mengurangi ekspektasi untuk kebijakan moneter melonggar tahun ini, yang dibuktikan dengan kenaikan imbal hasil Treasury AS.
“Momentum bullish dalam kripto sedang berlangsung meskipun ada kenaikan suku bunga,” tulis Kepala Strategi Aset Digital Fundstrat Global Advisors, Sean Farrell.
Bitcoin telah mengungguli aset tradisional seperti saham dan emas tahun 2024. Rasio yang membandingkan harga token dengan logam mulia berada di level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Saham-saham perusahaan yang berhubungan dengan kripto menguat di AS pada hari Senin. MicroStrategy naik 16%, platform perdagangan Coinbase Global Inc naik 17%. Penambang Marathon Digital Holdings Inc mengalami lonjak harga 22%.
Sentimen positif menyebar ke saham-saham Asia yang terkait dengan aset digital, termasuk kenaikan pada hari Selasa di perusahaan-perusahaan seperti Monex Group Jepang dan Woori Technology Investment Co asal Korea Selatan.
(bbn)