“Saat itu adalah pilihan untuk bertahan atau tidak, memang kematiannya akan perlahan-lahan namun pasti,” kata Patrick akhir Januari kemarin. “Kami akan kehilangan lebih banyak pangsa pasar jika kami tidak melakukan apapun.”
Patrick berpandangan, aliansi yang berujung pelepasan GOTO atas kendali Tokopedia, merupakan peluang untuk tumbuh bersama. Jika bertarung sendirian justru yang terjadi pasar Tokopedia pelan-pelan akan tergerus.
“Setelah kami bergabung, kami memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemain nomor satu di pasar yang jauh lebih besar,” jelas Patrick tak lama usai kesepakatan transaksi pada 11 Desember tahun lalu.
Menilik lebih jauh, kemitraan ini membawa TikTok Shop dan Tokopedia memperbesar pangsa pasar. Selama ini TikTok Shop mampu mengakuisisi konsumen secara luas di seluruh Indonesia, sedangkan Tokopedia berkutat pada segmen menengah atas dan berdomisili di perkotaan.
Pada bagian lain pengguna aktif bulanan atau monthly transaction user (MTU) Tokopedia juga tengah penurunan. Berbeda dengan TikTok Shop, yang terus tumbuh tiga digit, berdasarkan dokumen grup Goto dalam paparan publik insidental.
Kemitraan TikTok dan Tokopedia disebut sebagai perkawinan demi penetrasi lanjutan di pasar e-commerce konvensional, memperluas jangkauan produk-produk keuangan untuk Tokopedia.
TikTok Shop juga menjadi mampu kembali ke pasar Indonesia setelah sempat teradang aturan Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dari Kementerian Perdagangan, hingga menyebabkan mereka sempat tutup pada 4 Oktober tahun lalu.
Hal yang membuat TikTok Shop mampu meneruskan pertumbuhan segmen live shopping di Indonesia. Dengan demikian pedagang bisa mempromosikan produk melalui ragam distribusi pemasaran pada dua aplikasi yang berbeda.
New Tokopedia sebagai identitas baru pasca keduanya sepakat beraliansi mampu memperkaya ragam produk yang tersedia, serta menjadi wujud bersatunya live commerce dan e-commerce konvensional, tulis grup Goto.
Nathan Naidu analis teknologi Bloomberg Intelligence dalam catatannya menambahkan bahwa bergabung dengan pemain lokal Indonesia jadi langkah kedua TikTok di Asia Tenggara setelah Malaysia. Hal yang secara nyata menujukkan ambisi TikTok di ASEAN pada bisnis perdagangan digital.
Pergerakan TikTok juga patut diwaspadai dua pemain yang sebelumnya telah memimpin pasar, Shopee yang didukung oleh Sea Ltd, dan Lazada milik Alibaba. TikTok telah digunakan oleh 325 juta orang. Di kawasan TikTok juga berhasil menyodok ke posisi tiga besar dalam hal jumlah unduhan aplikasi belanja online, sekitar 21 juta kali. Lazada tercatat 47,5 juta unduhan, dan Shopee 90,3 juta unduhan.
“Pembelian mayoritas Tokopedia oleh TikTok secara efektif memberi TikTok kendali atas setelah dari nilai transaksi e-commerce Indonesia pada tahun 2024, dan juga membuatnya menguasai 30% pasar di regional dan dapat membantu mereka menyalip platform e-commerce terkuat nomor dua di Asia Tenggara, Lazada,” tulis Nathan.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer memandang kolaborasi TikTok dan Tokopedia karena dapat mengimbangi persaingan di industri yang didominasi pemain asing, dengan Shopee menguasi market share bisa sampai 40%. Adrian juga sepakat bahwa bersatunya TikTok-Tokopedia membawa keunggulan masing-masing.
"Kita lihat Tokopedia memiliki merchant base yang lokal didominasi UMKM lokal, dipadu dengan TikTok yang memiliki kekuatan neraca balance sheet dan juga teknologi backbone yang sangat kuat," ujar dia. Lebih rinci, Adrian mengatakan perpaduan dua pemain ini seharusnya bisa memberikan manfaat dari potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
"Tanpa kerja sama antara keduanya, malah industri e-commerce Indonesia lebih didominasi pemain asing. Kerja sama ini justru memperkuat posisi Tokopedia."
TikTok usai kesepakatan memiliki kendali atas PT Tokopedia dengan TikTok akan mendapat 75,01% saham Tokopedia. Sedangkan kepemilikan GoTo Gojek Tokopedia akan terdilusi hingga menjadi 24,99%.
(ros/wep)