Lonjakan harga beras diperparah oleh siklus musiman jelang Ramadan dan Idulfitri yang melambungkan harga kebutuhan dapur lain mulai telur, daging sampai gula dan tepung terigu.
Baca juga: Harga Sembako Naik, Ramadan Tahun Ini Bakal Mahal
Sementara tarif 13 ruas tol dipastikan akan naik dalam waktu dekat seperti diumumkan oleh BUMN pengelola jalan tol, PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dengan besar kenaikan bervariasi rata-rata di atas 30%.
"Ada informasi terbaru nih untuk kalian pengguna jalan tol khususnya di Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 250/KPTS/M2024 dalam waktu dekat akan diberlakukan penyesuaian tarif Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed," tulis akun instagram @official.jmtransjawa pada 17 Februari, dikutip hari ini (26/2/2024).
Kenaikan tarif tol bervariasi. Sebagai contoh untuk kendaraan golongan 1 untuk jalur Jakarta IC- Cikunir, Jakarta IC-Bekasi Barat, Jakarta IC-Bekasi Timur, Jakarta IC-Tambun, Jakarta IC-Cibitung, Jakarta IC-Cikarang Barat, naik hingga 35,17% dari Rp7.000 menjadi Rp9.500.
Pada saat yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga melontarkan isyarat kenaikan BBM jenis nonsubsidi bulan depan. "Kalau yang nonsubsidi ini kan ikut formula harga indeks minyak kan, sekarang minyak udah berapa, US$82/barel ya, dibandingin dengan tahun lalu ada kenaikan US$6. Itu pasti memengaruhi biaya produksi," ujar Arifin saat ditemui di Jakarta, Jumat (16/2/2024).
Kenaikan Pendapatan Kalah
Kenaikan berbagai komoditas penting seperti beras, bensin dan tarif tol, dapat berdampak besar pada pengeluaran rumah tangga. Bagi rumah tangga miskin, yaitu yang memiliki pengeluaran di bawah Rp2,59 juta per bulan atau Rp550.458 per orang per bulan per kapita, pengeluaran untuk menutup kebutuhan pangan terutama beras memakan lebih dari 70% dari total pengeluaran.
Di mana khusus untuk beras saja, proporsi pengeluaran mencapai 19,35% di kota dan 23,73% di desa. Sedangkan pengeluaran untuk bensin memakan 3,96% total pengeluaran di perkotaan dan 3,78% di perdesaan. Dengan kenaikan harga barang-barang tersebut tanpa diimbangi kenaikan pendapatan, niscaya daya beli masyarakat tergerus terutama kalangan rentan dan miskin.
Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2023 yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, rata-rata upah pekerja atau karyawan di Indonesia saat ini berkisar Rp3,18 juta per orang. Dibandingkan tingkat upah pada 2014 silam, kenaikannya mencapai 9,3% dalam hampir satu dekade.
Kenaikan upah itu jauh lebih rendah dibanding lonjakan harga beras dalam jangka waktu sama. Sebagai perbandingan sederhana, harga beras medium pada 2014 lalu baru di kisaran Rp8.757/kg. Kini harga beras jenis yang sama sudah di Rp15.850/kg. Sehingga mengimplikasikan kenaikan 81% dalam hampir satu dasawarsa.
Laju pertumbuhan pendapatan yang masih kalah dengan kecepatan kenaikan harga pangan, lama kelamaan memakan daya beli. Sebagai gambaran, pada 2023 lalu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga melemah, hanya naik 4,82% year-on-year.
Meski ada kucuran bansos dalam nilai besar, daya beli masyarakat tetap tidak mampu terangkat karena jangkauan bansos yang terbatas untuk masyarakat berpendapatan bawah. Sementara kelas menengah bawah tidak mendapatkan insentif tambahan agar daya belinya bertahan. Pada saat yang sama, kelas menengah atas cenderung menahan belanjanya dan memperbanyak porsi alokasi untuk investasi atau tabungan alih-alih untuk konsumsi seperti yang ditunjukkan beberapa data terakhir.
Kenaikan bertubi-tubi berbagai macam barang kebutuhan penting masyarakat ketika daya beli sudah tertekan dan ketiadaan kenaikan pendapatan, bisa membawa kesejahteraan menurun bahkan sebelum presiden baru nanti dilantik.
(rui/aji)