Secara teknikal nilai rupiah pada hari ini terlihat masih berpotensi melemah terbatas ke kisaran Rp15.620/US$, yang menjadi level support setelah MA-50 tertembus. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.650/US$.
Apabila rupiah kembali break support tersebut, mata uang Indonesia bisa semakin tergerus ke Rp15.670/US$- Rp15.700/US$. Sebaliknya bila hari ini rupiah mampu menguat, level resistance ada di Rp15.550/US$ dan selanjutnya Rp15.510/US$.
Dalam jangka menengah, rupiah masih ada potensi penguatan optimis kembali ke level Rp15.480/US$.
Pekan ini akan menjadi pekan yang sibuk bagi para pelaku pasar terutama karena ada banyak data-data penting dari perekonomian utama yang akan dirilis.
Amerika Serikat akan merilis data penjualan rumah baru, survei konsumen, data pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2023 dan data inflasi PCE pada Januari. Sebanyak 12 pejabat Federal Reserve juga dijadwalkan berbicara di berbagai forum pekan ini, di tengah jadwal rilis kinerja korporassi S&P 500.
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati hasil Survei Permintaan dan Penawaran Perbankan yang dijadwalkan keluar jam 10 pagi hari ini oleh Bank Indonesia.
Investor lepas surat utang
Pekan lalu, investor asing masih terus melepas surat utang dan memborong saham. Pemodal nonresiden kembali mencatat posisi jual bersih (net sell) di pasar SBN sebesar Rp190 miliar pada periode transaksi 19-22 Februari 2024, menggenapkan posisi net sell sepanjang tahun ini menembus angka Rp5,87 triliun sampai data 22 Februari menurut laporan Bank Indonesia.
Pada saat yang sama, investor asing juga melepas kepemilikan di Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp880 miliar. Sementara untuk saham, investor masih berlanjut melakukan aksi borong dengan mencatat posisi beli Rp2,08 triliun saham.
Kepemilikan asing di SBN kini berkurang menjadi sebesar Rp836,18 triliun, turun Rp4,06 triliun dibandingkan posisi pekan lalu. Kepemilikan asing di SBN bahkan sempat menyentuh Rp835,77 triliun, terendah sejak awal Desember lalu atau dalam tiga bulan terakhir.
Asing banyak melepas SBN di awal tahun dan pada saat yang sama memborong saham dan SRBI. Berdasarkan laporan yang sama, pemodal asing mencatat pembelian neto Rp23,26 triliun saham dan Rp25,3 triliun SRBI, sejak awal tahun hingga 22 Februari.
Minat pemodal asing yang lebih tinggi pada instrumen lebih berisiko seperti saham di satu sisi mungkin menunjukkan risk appetite pemodal asing lebih tinggi demi memburu cuan lebih besar di saham.
(rui)