Sementara itu, HET beras kembali ditetapkan berdasarkan zonasi. HET beras di Zona 1 yaitu Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Sulawesi dipatok seharga Rp10.900/kg untuk beras medium dan Rp13.900/kg untuk beras premium.
Zona 2 yaitu Sumatra selain Lampung dan Sumsel, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan ditetapkan seharga Rp11.500/kg untuk beras medium dan Rp14.400/kg untuk beras premium. Zona 3 yaitu Papua dan Maluku ditetapkan Rp11.800/kg untuk medium dan Rp14.800/kg untuk premium.
Sebelumnya, Bapanas pada selasa (7/3/2023) telah mencabut Surat Edaran Kepala Bapanas Nomor: 47/TS.03.03/K/02/2023 tentang Harga Batas Atas Pembelian Gabah atau Beras yang baru berlaku selama sepekan sejak ditetapkan pada 28 Februari 2023.
Berdasarkan surat edaran tersebut, harga batas atas GKP di tingkat petani dipatok senilai Rp4.550 per kg. Sementara itu, untuk harga batas bawahnya ditetapkan Rp4.550/kg atau selisih 8,33%.
Untuk GKP di tingkat penggilingan, harga batas atasnya ditetapkan sebesar Rp4.250/kg. Adapun, untuk harga batas bawahnya berselisih 9,41% atau Rp4.250/kg.
Harga batas atas GKG di tingkat penggilingan ditetapkan sebesar Rp5.700/kg. Sementara itu, harga batas bawahnya ditetapkan sebesar Rp5.250 per kg atau berselisih 8,57%.
Kebijakan Bapanas mengenai fleksibilitas harga gabah atau beras tersebut dinilai tidak akan cukup efektif menstabilkan harga komoditas pangan pokok tersebut.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir mengatakan kebijakan perberasan lebih perlu difokuskan pada bagaimana membuat proses produksi menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.
Terlebih, berbagai persoalan masih menghantui efisiensi produksi beras di Tanah Air hingga saat ini.
“Seperti tingginya ongkos produksi dan minimnya akses petani terhadap input pertanian berkualitas. Belum lagi, faktor di luar proses [produksi] seperti melemahnya daya beli, kenaikan harga bahan bakar minyak dan krisis iklim,” katanya, Selasa (14/3/2023).
Faisol menambahkan tingginya ongkos produksi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga beras nasional menjadi tinggi. Kondisi geografis Indonesia juga membuat biaya pengangkutan menjadi tinggi.
(wdh/hps)