Hasil sisa laba bersih non-dividen sebanyak Rp 10,98 triliun, akan ditempatkan sebagai saldo laba ditahan. Nilai ini diperlukan untuk pengelolaan usaha berkelanjutan BNI ke depan. "Perseroan optimis dapat membukukan pertumbuhan kinerja positif seiring dengan agenda trasnformasi yang masih berjalan di 2023. Kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 40% di tahun ini seiring dengan kinerja keuangan perusahaan yang terus membaik," ungkap Royke.
Raihan laba bersih ini melebihi ekspektasi sekaligus merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah BNI. Capaian pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) juga tercatat meningkat 8% menjadi Rp 41,32 triliun.
Hasil marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) berada pada level 4,81%, dengan tingkat non-performing loan (NPL) pada posisi 2,8%.
Kredit Bank BNI tahun lalu juga mengalami peningkatan 10,9% dengan pertumbuhan current saving account (CASA) sebesar 10,1%. Perseroan terus membanguna transaction-based atas CAS melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi komprehensif, juga reliable.
Menurut Royke, pencapaian kinerja adalah buah dari kebijakan strategis Bank BNI di tengah tantangan ekonomi yang menyelimuti sepanjang 2022.
"Kinerja yang prima ini terwujud dengan kerja keras seluruh insan BNI dalam menjalankan kebijakan strategis yang ditetapkan di tengah periode ekonomi 2022, serta upaya memastikan transformasi perusahaan terus berjalan sesuai dengan blueprint," kata Royke.
(wep)