FDIC pun mengambil alih Signature Bank dan membentuk entitas baru, yakni Signature Bridge Bank untuk membantu nasabah mengakses dana mereka. Menurut sumber yang mengetahui tentang hal tersebut, keruntuhan bank yang merupakan ketiga terbesar dalam sejarah AS ini diikuti dengan lonjakan penarikan nasabah pada Jumat (10/03/20230) yang mencapai 20% dari simpanan perusahaan.
Mantan Chief Executive Officer Joseph DePaolo belum dapat menanggapi permintaan komentar, begitu juga perwakilan Signature Bridge Bank.
Sementara itu, Barney Frank, mantan anggota kongres AS sekaligus dewan direksi Signature Bank, memiliki perspektif yang berbeda tentang asal mula peristiwa itu terjadi.
Frank mengatakan data tentang neraca bank terus berubah karena manajemen sempat mengalami kepanikan dalam menangani gelombang arus keluar, tetapi pada akhirnya para eksekutif berhasil memahami situasinya. Meski tidak terlibat langsung dalam pembicaraan dengan regulator, tetapi dia dan anggota lainnya telah diberi pengarahan oleh para eksekutif bank.
“Pada Minggu pagi, para eksekutif bank percaya bahwa mereka telah berhasil memenuhi kebutuhan data dan telah mengamankan modal dari fasilitas diskonto,” kata Frank. Saat itu ia yakin bahwa bank dapat dibuka pada keesokan harinya. Ia meragukan hubungan bank dengan perusahaan kripto menjadi penyebab penutupannya.
“Regulator ingin mengirim pesan agar publik menghindari kripto. Mereka menggunakan penutupan bank kami untuk mendukung agenda itu.” kata Frank dalam wawancara radio Bloomberg, Senin (13/03/2023).
Sementara itu, DFS mengatakan keputusan tersebut tidak ada hubungannya dengan kripto. Mereka menambahkan telah memfasilitasi aktivitas kripto yang diatur dengan baik selama beberapa tahun ke belakang, serta menetapkan standar untuk mengatur industri tersebut.
Frank berpendapat bahwa arus keluar simpanan telah stabil pada Minggu pagi. Di sisi lain, DFS menggambarkan permintaan penarikan yang signifikan masih tertunda dan meningkat hingga akhir pekan.
Signature kehilangan 20% dari simpanannya pada Jumat (10/03/2023). Menurut sumber tepercaya, nasabah khawatir oleh dampak runtuhnya SVB dan mencari perlindungan ke bank yang lebih besar.
Sumber tersebut tidak memberikan angka pasti tentang berapa banyak simpanan yang tersisa di bank. Tetapi Signature mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (09/03/2023), mereka memiliki sekitar US$ 89,2 miliar (Rp 1.378 triliun) deposito per 8 Maret. Artinya, penarikan dalam sehari mencapai US$ 17,8 miliar. Menurut dokumen regulator, investor dan deposan menuntut US$ 42 miliar dalam penarikan modal dari SVB pada Kamis lalu.
Menurut pernyataan pekan lalu, Signature Bank menyimpan US$ 4,54 miliar dalam bentuk tunai di neraca dan US$ 26,4 miliar dalam sekuritas yang dapat dipasarkan.
Meskipun belum pernah dilaporkan sebelumnya, gelombang arus keluar ini menunjukkan tantangan yang dihadapi regulator dan eksekutif bank selama akhir pekan kemarin saat mereka bekerja untuk mengamankan dana dan meyakinkan deposan.
Menurut Senator Negara Bagian New York James Sanders, DFS sudah mempertimbangkan untuk menutup Signature Bank di pekan lalu. "Setelah melihat nasabah beramai-ramai meninggalkan bank pada Sabtu kemarin, mereka tahu harus segera mengambil langkah cepat," kata Sanders dalam sebuah wawancara.
DFS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan untuk mengambil alih bank dan menyerahkannya kepada FDIC dibuat setelah bank terlihat jelas tidak lagi dapat melakukan bisnis dengan cara yang aman dan sehat pada Senin (13/03/2023).
Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan pada Senin, para pejabat setempat mulai memantau bank pada hari Jumat dan bekerja hingga akhir pekan untuk mencari solusi.
--Dengan asistensi Max Abelson dan Laura Nahmias.
(bbn)