Secara total, saham chip utama Asia menambah valuasi US$31 miliar pekan ini, sekitar 1/10 dari kenaikan saham AS. Nvidia sendiri melonjak hingga 16% pada hari Kamis, menambahkan sekitar US$277 miliar nilai pasar.
Kekhawatiran berkepanjangan tentang permintaan smartphone dan PC yang lesu dari China telah membebani pemain utama seperti Samsung dan valuasi saham mereka. Selain itu, kekhawatiran atas kemungkinan sanksi AS juga telah merugikan valuasi saham China seperti Semiconductor Manufacturing International Corp.
Pendapatan Nvidia terutama didorong oleh aplikasi AI, tidak seperti TSMC yang juga mengandalkan bisnis smartphone yang besar. Meskipun TSMC adalah produsen chip pilihan Nvidia untuk membuat silikon AI-nya, "peningkatan pendapatan Nvidia tidak dapat langsung diterjemahkan ke TSMC," menurut analis Bloomberg Intelligence Charles Shum.
Namun, Templeton Global Equity Group melihat potensi investasi di sektor semikonduktor Asia yang relatif terlalu rendah nilainya (undervaluasi). Produsen chip di kawasan ini dapat lebih diuntungkan dari ledakan AI daripada yang diperkirakan pasar.
“AI adalah tren sekuler, dan Asia memainkan peran penting dalam rantai pasokan,” kata Ferdinand Cheuk, manajer portofolio di Templeton Global. “Asia adalah tulang punggung AI.”
Jepang unggul dalam menyediakan peralatan dan komponen yang dibutuhkan untuk membangun chip AI. Sementara Korea Selatan berspesialisasi dalam memproduksi memori yang terintegrasi dengan chip AI, kata Cheuk. Taiwan menyediakan pabrik chip AI dan produsen desain hilir yang merakit server AI, tambahnya.
(bbn)