Logo Bloomberg Technoz

Adapun, rencana penandatangan kesepatakan divestasi itu dikabarkan bakal dilakukan pada Senin (26/2/2024) oleh kedua pihak. Staf Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga pun memastikan akan merombak jajaran manajemen Vale Indonesia setelah divestasi 14% saham INCO ke MIND ID rampung.

"Tunggu saja, pokoknya direksi vital di mana-mana, siapa pemegang saham mayoritas [MIND ID] pasti pegang yang vital-vital,” kata Arya saat berbincang dengan media, Rabu (21/2/2024).

Lokasi penambangan nikel yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan, Minggu (12/6/2022). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Vale Indonesia sendiri saat ini juga terpantau fokus menggarap proyek-proyek smelter nikelnya di Tanah Air, sejalan dengan program hilirisasi pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Pada tahun lalu, Vale Indonesia setidaknya telah mengumumkan terdapat tiga proyek smelter nikel yang sedang dan akan dituntaskan oleh perseroan. Total investasi dari ketiga proyek itu pun mencapai US$9 miliar atau setara dengan Rp140,2 triliun (kurs saat ini).

Pertama, yakni pembangunan pabrik pengolahan dan peleburan baru yang berteknologi hidrometalurgi atau berbasis high pressure acid leaching (HPAL), yang akan menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik.

Fasilitas pengolahan tersebut ditargetkan sanggup memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk MHP. Dijadwalkan segera mulai konstruksi setelah mendapat perizinan, pabrik HPAL tersebut berlokasi di Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan dan dirancang untuk mengolah bijih nikel kadar rendah dari Blok Sorowako.

Adapun, mitra yang digandeng Vale untuk proyek tersebut a.l. Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou) dan PT Huali Nickel Indonesia (Huali). Perusahaan menargetkan proyek ini dapat beroperasi komersial pada 2026.

Kedua, yakni smelter berteknologi priometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF) yang ramah lingkungan di Blok Bahadopi, Morowali, lantaran diklaim murni tidak menggunakan batu bara. Pabrik itu juga disebut sebagai smelter rendah karbon terbesar kedua setelah Sorowako.

Dalam proyek itu, Vale menggandeng perusahaan asal China Taiyuan Iron & Steel Group Co Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai) melalui perusahaan patungan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI).

Pabrik ini dirancang untuk memproduksi 70—80 kiloton nikel saprolite yang bakal diolah menjadi baja nirkarat. Konstruksi pabrik ditargetkan rampung sekitar 2024—2025.

Ketiga, yakni proyek smelter berbasis HPAL dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam format MHP yang berlokasi di Blok Poomala. Proyek ini hasil patungan INCO dengan Huayou dan Ford Motor Co yang diteken sejak Maret tahun lalu.

Saat ini,  amandenen Kontrak Karya pada 2014, Vale memiliki luas konsesi lahan sebesar 118.017 hektare (ha), meliputi Blok Sorowako di Sulawesi Selatan (70.566 ha), Blok Bahadopi Sulawesi Tengah (22.699 ha), dan Blok Poomala Sulawesi Tenggara (24.752 ha).

Perusahaan mencatat rata-rata volume produksi nikel per tahunnya mencapai 75.000 metrik ton.

(ibn/wdh)

No more pages