Schroders menilai meskipun terjadi outflow yang besar tahun lalu, yield obligasi 10 tahun relatif terjaga pada kisaran antara 7%-8% sepanjang tahun.
“Aksi jual asing tak mampu membuat yield SUN melesat tinggi. Memang ada kenaikan tapi melesatnya tidak tinggi. Jadi support lokal ini sangat baik sehingga dominasi asing ini bisa diimbangi oleh investor lokal. Ini membantu pasar Indonesia ini lebih stabil, khususnya pasar SUN,” ia menjelaskan.
Lebih lanjut, Schroders Indonesia memproyeksikan pasar obligasi akan tetap ‘jinak’ pada semester I-2023 akibat tekanan inflasi dan risiko kenaikan suku bunga. Namun akan ada transisi pada semester II-2023 karena inflasi mereda dan bank sentral menjadi lebih dovish.
Selain itu, Schroders Indonesia mengestimasi suku bunga acuan The Fed berada di level 4,75% pada awal 2023 dan akan menjadi 3,50% pada akhir tahun.
Selain itu, Soufat memperkirakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena risiko vulnerability global sudah mulai berkurang.
“Bank sentral global juga sepertinya sudah mulai memasuki fase terakhir dalam kebijakan pengetatannya. Arus modal asing akan mulai kembali ke Indonesia. Ini akan menjadi berita bagi bagi investor obligasi di Indonesia,” kata Sofiat.
(tar/wep)