Hal lain yang mesti dipertimbangkan, kata Rizal, yakni perhitungan melalui metode rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV), nilai perusahaan berdasarkan persepsi pasar atau market value, hingga pertimbangan penerimaan perusahaan ke depan.
"Sejauh dilakukan dengan proporsional dan profesional, mempertimbangkan semua aspek sumber daya dan cadangan, usaha ke depan, hingga forecast harga nikel ke depan, itu baru nanti kita bisa menilai dengan tepat."
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif pun mengonfirmasi bahwa Vale dan MIND ID telah sepakat dengan harga divestasi Rp3.000-an/lembar saham.
“Ya, sekitar segitu. Pokoknya itulah, Rp3.000 plus,” ujarnya saat dimintai konfirmasi akhir pekan lalu.
Dia pun mengisyaratkan harga tersebut sudah mencakup diskon dari harga pasar, meski dia tidak mengelaborasi berapa persen korting harga yang didapatkan oleh MIND ID.
Vale Indonesia sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di industri pertambangan, lebih tepatnya pada pengolahan nikel terintegrasi. Merupakan bagian Vale Base Metals (VBM), perusahaan multinasional asal Brasil, Vale Indonesia didirikan pada 25 Juli 1968 di Indonesia.
Saat ini, perusahaan beroperasi dalam naungan kontrak karya (KK) yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025 dengan luas konsesi seluas 118.017 hektar meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektare), Sulawesi Tengah (22.699 hektare) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektare).
Vale Indonesia menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
Kini, perseroan juga melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel beserta fasilitas pendukungnya di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dan penambahan proyek di Sorowako.
Ketiga proyek itu diperkirakan menelan investasi mencapai US$9 miliar atau sekitar Rp140 triliun (kurs saat ini).
Sepanjangan tahun lalu, perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih 36,89% secara tahunan menjadi US$274,33 juta atau setara sekitar Rp4,35 triliun.
Berdasarkan laporan keuangannya, penjualan Vale Indonesia (INCO) naik 4,48% secara tahunan menjadi US$1,23 miliar per akhir 2023. Sebesar US$985,81 juta merupakan penjualan kepada Vale Canada Limited (VCL) dan sebesar US$246,45 juta merupakan penjualan kepada Sumitomo Metal Mining.
(wdh)