Angka ini di atas konsensus pasar yang memperkirakan sebanyak 218.000 klaim.
Data ini menandakan ekonomi Negeri Paman Sam masih solid. Oleh karena itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan masih akan membayangi sehingga sulit bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
“Indikator kunci dari perlambatan ekonomi adalah hilangnya lapangan kerja. Saat ini gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih minim sehingga tekanan kenaikan upah tetap tinggi dan membuat The Fed sulit untuk menurunkan suku bunga acuan tanpa menimbulkan dampak inflasi,” papar Christopher Rupkey, Kepala Ekonom FWDBONDS, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Emas tidak memberikan bunga atau kupon secara rutin, potensi keuntungan hanya datang saat penjualan.
Oleh karena itu, memegang emas menjadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi. Memiliki emas justru menciptakan opportunity cost.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas masih menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 50,72. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun memang emas sudah tergolong jenuh beli (oversold). Terbukti dari Stochastic RSI yang berada di 96,02, sudah di atas 80.
Oleh karena itu, sepertinya emas masih akan mengalami tekanan jual sehingga harga cenderung turun. Target support terdekat adalah US$ 2.021/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga turun lagi menuju US$ 2.014/ons.
Sementara target resisten terdekat ada di US$ 2.027/ons. Jika tertembus, maka harga emas berpeluang naik menuju US$ 2.030/ons.
(aji)