“Kami berharap kontraksi Jepang dan Inggris ini sifatnya temporer. Kami akan lihat situasi pada 2024 ini.”
Penerbitan SBN
Terkait dengan imbas resesi yang menimpa kedua negara tersebut, Kemenkeu pun menjelaskan pemerintah juga akan berhati-hati dalam menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) global, khususnya yang berdenominasi yen seperti Samurai Bonds.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan pemerintah terus mencermati perkembangan mitra global RI, khususnya Jepang, sebelum menerbitkan surat utang untuk memenuhi pembiayaan APBN.
“Kami akan terus prudent, terukur, fleksibel, dan oportunistik dalam melakukan penerbitan [surat] utang. Betul-betul melihat situasi pasar, maupun ekonomi global, domestik, serta kebutuhan pembiayaan APBN dan perkembangan kinerja APBN,” tegasnya.
Suminto menambahkan pemerintah akan berhati-hati dalam menentukan momentum penerbitan instrumen currency mix, dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global.
“Termasuk apakah dengan perkembangan ekonomi Jepang, kemudian kita akan menerbitkan Samurai Bonds? Tentu akan terus kita cermati karena salah satu di antara prinsip penerbitan [surat utang adalah] menemukan penerbitan cost of fund minimal atau terbaik pada risiko yang dapat diterima atau acceptable.”
“Apakah kita akan tetap terbitkan? Tentu kami akan lihat perkembangan kebutuhan dan perkembangan ekonomi pasar keuangan di Jepang, yang merupakan refleksi prinsip fleksibilitas dan oportunistik.”
(wdh)