Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) melalui subholding perusahaannya, PT PLN Indonesia Power, resmi mengoperasikan Stasiun Pengisian Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia.
Direktur Jenderal Ketengalistrikan Jisman P Hutajulu mengatakan HRS tersebut berlokasi di Senayan, Jakarta. Beroperasinya pom hidrogen tersebut, kata Jisman, menunjukkan karya nyata dan bukti konkret energi hidrogen merupakan suatu keniscayaan bagi Indonesia.
"Hidrogen akan berperan secara strategis dalam era transisi global. Hidrogen merupakan satu-satunya pembawa energi nol karbon selain listrik, yang sedang dipertimbangkan serius untuk transportasi rendah karbon, dekarbonisasi di sektor industri, pembangkit, dan penyediaan panas," kata Jisman dalam siaran pers, Kamis (22/2/2024).
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan HRS tersebut juga sebagai tindak lanjut perseroan atas penyerapan energi hidrogen hijau atas pemanfaatan 21 pembangkit termal yang memproduksi hidrogen hijau atau Green Hydrogen Plant yang telah dioperasikan perseroan sejak November 2023.
"Kebutuhan hidrogen untuk pendinginan pembangkit hanya 75 ton. Artinya akan ada 128 ton green hydrogen per tahun yang dapat digunakan untuk sektor transportasi," ujar Darmawan.
Terlebih, kata Darmawan, saat ini perseroan juga tengah berencana untuk mencoba produksi hidrogen hijau dalam pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), di pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang, yang berpotensi menambahkan 1,43 ton per tahun.
Adapun, HRS Senayan itu memiliki 3 jenis layanan jasa yaitu, jasa pengisian bahan bakar untuk mobil hidrogen, jasa pengisian mobil listrik dan hydrogen centre sebagai pusat pelatihan.
Darmawan mengatakan HRS Tersebut nantinya dapat melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen dari kendaraan pribadi, kendaraan umum, hingga kendaraan berat.
Saat ini HRS yang digunakan berbasis tekanan 350 bar dan, selanjutnya akan ditambahkan dengan HRS berbasis 700 bar sehingga semakin dapat melayani kebutuhan kendaraan berbasis hidrogen.
Selain itu, PLN juga mengeklaim bahwa bahan bakar green hydrogen yang dihasilkan dari sisa operasional pembangkit sangat kompetitif jika dibandingkan dengan BBM.
Menurut perhitungannya, per 1 kilometer (km) mobil BBM membutuhkan biaya Rp1.400, sedangkan mobil listrik Rp370 per km. Namun, mobil hidrogen hanya Rp350 per km.
"Sehingga transisi energi ini tidak hanya untuk mengurangi penggunaan energi beremisi tinggi di sektor transportasi, tetapi sekaligus beralih ke energi yang ramah lingkungan, bahkan nol emisi, dan tentu dengan harga yang jauh lebih murah," ujar dia.
(ibn/wdh)