SBV yang menaikkan suku bunga acuan dua kali pada tahun lalu mengatakan meski inflasi terkendali, perekonomian negara masih menghadapi banyak kesulitan.
Menurut Nguyen Quoc Hung, sekretaris jenderal Asosiasi Bank Vietnam, penurunan bunga acuan akan membantu menurunkan biaya dana bank.
Untuk menurunkan biaya pinjaman, bank kini dapat meminjam dari bank sentral dengan tarif yang lebih rendah. Sebagai hasilnya, mereka akan dapat menurunkan suku bunga pinjaman untuk bisnis, kata Hung, yang pernah mengepalai departemen kredit bank sentral.
Meningkatkan pengambilan kredit akan memacu konsumsi dan membantu Vietnam tetap menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Produk domestik bruto (PDB) Vietnam tercatat naik 8,02% tahun lalu, menjadi salah satu yang tercepat di Asia. Namun, Bank Dunia melihat laju ekspansi tahun ini melambat menjadi 6,3% karena adanya ketidakpastian global.
“Mengendalikan inflasi domestik akan lebih mudah dengan mengambil kebijakan moneter yang selaras dengan kebijakan fiskal. Melanjutkan langkah pengetatan tahun lalu, kebijakan moneter harus terus menyeimbangkan inflasi, stabilitas keuangan, dan tujuan pertumbuhan.” Bank Dunia mengatakan dalam laporan 13 Maret.
Langkah tersebut membuat BSV menjadi yang pertama melonggarkan kebijakan moneter di Asia, bahkan saat Federal Reserve (The Fed) tengah menimbang untuk menaikkan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama untuk mengalahkan gejolak perekonomian dan inflasi.
“Vietnam memprioritaskan pertumbuhan daripada inflasi dengan memangkas suku bunga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed minggu depan untuk membantu meringankan krisis likuiditas di sektor real estate dan ekonomi. Ini akan memberi tekanan pada mata uang lokal karena harga konsumen cenderung meningkat pada 2023," kata Trinh Nguyen, ekonom di Natixis SA di Hong Kong.
(bbn)