Akibatnya, konsumen cenderung lebih memilih membeli beras di ritel modern yang menyebabkan pasokan berkurang, walaupun saat ini Indomaret telah membatasi pembelian dengan hanya membolehkan pembelian 1 pak beras 5 kilogram per satu konsumen.
“Stok beras selalu habis begitu terdistribusi di toko, walaupun setiap konsumen sudah dibatasi pembeliannya hanya boleh 1 pack dengan ukuran 5 kilogram,” ujarnya.
Sebelumnya, Indomaret mengaku kesulitan mendapatkan pasokan untuk pemenuhan stok beras di gerai-gerai ritel segmen kelontong atau minimarket miliknya.
Bastari mengatakan, kesulitan pemenuhan pasokan beras tidak hanya terjadi di gerai miliknya, tetapi juga dirasakan oleh seluruh perusahaan ritel modern.
Dalam kaitan itu, Indomaret pun telah melakukan koordinasi dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk mengatasi kesulitan pemenuhan pasokan beras tersebut.
“Kami juga sudah berkoordinasi dengan Aprindo dan kemungkinan nanti dari asosiasi yang akan menyampaikan [hasilnya] ke media,” ujar Bastari saat dihubungi medio pekan lalu.
Sekadar catatan, ritel modern menjual 3 tipe beras, di antaranya beras komersial yang berasal dari perusahaan swasta, beras komersial milik Perum Bulog (Persero) yang diserap dari petani, serta beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang berasal dari impor.
Adapun, saat ini HET beras diatur dalam Peraturan Badan Pangan (Perbadan) Nasional Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras.
Dalam perbadan tersebut, pemerintah mengatur HET beras berdasarkan zonasi. Untuk Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp. 10.900/kg sedangkan beras premium Rp. 13.900/kg.
Sementara itu, untuk Zona 2 meliputi Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium dibanderol Rp. 11.500/kg dan beras premium Rp.14.400/kg.
Di zona 3 yang meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium dipatok Rp. 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp. 14.800/kg.
(dov/wdh)