Kekhawatiran tentang keberlangsungan sistem keuangan AS dan dampaknya pada ekonomi global mulai mereda dengan harapan bahwa periode terburuk dari dampak tersebut mungkin telah berlalu. Nilai pasar seluruh perusahaan yang terdaftar dalam MSCI World Financials Index dan MSCI Emerging Markets Financials Index turun lebih dari US$ 450 miliar (Rp 6.917 triliun) selama tiga hari terakhir.
"Para bank di kawasan ini memiliki proporsi investasi yang rendah sebagai bagian dari total aset dan memiliki rasio cakupan likuiditas yang cukup, rasio pinjaman terhadap simpanan yang sehat, dan profil kapitalisasi yang kuat,” kata Analis Credit Suisse Group AG, Soek Ching Kum dan Joel Tan.
Sentimen pendukung lainnya adalah Otoritas Keuangan AS juga langsung bergegas turun tangan untuk melindungi nasabah, dan memperkuat sektor perbankan ketika krisis terjadi.
Pada Rabu waktu setempat, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan bahwa kemungkinan keruntuhan seperti yang terjadi di SVB tidak akan terjadi di negaranya, dan dirasa tidak perlu menyediakan likuiditas seperti yang dilakukan di AS.
Mitsubishi UFJ Financial Group Inc., Resona Holdings Inc., dan Tokio Marine Holdings Inc dari Jepang termasuk di antara yang memiliki kinerja terbaik di Asia Pasifik.
Analis Jefferies Financial Group Inc., Hideyasu Ban, menulis dalam sebuah catatan bahwa "Kekhawatiran likuiditas itu sendiri bersifat rendah bagi lembaga keuangan di Jepang secara umum karena bank-bank memiliki cadangan deposito yang berlebihan di bank sentral. Risiko reputasi yang menyebabkan runtuhnya bank atau peningkatan pembatalan polis asuransi terlihat jauh kemungkinannya untuk terjadi,"
Sentimen masih goyah dengan angka inflasi inti AS yang tinggi pada Selasa yang membuat sulit bagi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengubah sikap pengetatan kebijakannya. Lembaga pemeringkat kredit juga mengeluarkan peringatan, Moody's Investors Service menurunkan pandangannya terhadap sistem perbankan AS menjadi negatif dari sebelumnya pada level stabil.
(bbn)