Meskipun negara-negara Barat, terutama Washington dan London, melancarkan serangan balasan terhadap posisi Houthi di wilayah Yaman, kelompok Houthi bertekad untuk terus menyerang hingga Israel menghentikan serangannya di Gaza.
Salah satu juru bicara Houthi lainnya, Mohammed Abdul Salam, membuat pernyataan di media sosial X pada Selasa, mengatakan, "tidak ada bahaya bagi navigasi internasional atau pun Eropa selama tidak ada operasi agresif, dan dengan demikian, tidak perlu melakukan militerisasi di Laut Merah."
"Yang ditunggu-tunggu oleh dunia bukanlah militerisasi Laut Merah, melainkan deklarasi gencatan senjata di Gaza yang mendesak dan komprehensif, demi alasan kemanusiaan yang jelas bagi siapa pun," imbuhnya.
Sementara itu, perusahaan keamanan maritim Inggris, Ambrey, mengatakan bahwa kapal kargo Israel yang menjadi sasaran serangan Houthi sebenarnya adalah kapal kontainer berbendera Liberia yang sedang berlayar menuju ke Somalia.
Ambrey menyatakan dalam pernyataannya bahwa "Houthi mengkarakterisasi kapal itu sebagai milik Israel. Operator kapal itu tercatat secara publik bekerja sama dengan ZIM dan secara teratur mengunjungi pelabuhan Israel."
ZIM yang disebut oleh Ambrey, memiliki nama resmi Zim Integrated Shipping Services Ltd, yang merupakan perusahaan pelayaran kargo internasional Israel yang memiliki kantor pusat di wilayah Israel.
(ros)