Juga kondisi moneter, sistem keuangan, sistem pembayaran dan juga kami merumuskan respon bauran kebijakan kedepan,” tutur Perry.
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih baik dari proyeksi semula. Ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,1% pada tahun 2023 dan 3% pada tahun 2024. Yang sebelumnya, kata Perry, diprediksi sebesar 3% pada 2023 dan 2,8% pada 2024.
Untuk dalam negeri, ia mencatat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2023 tercatat 5,04% (year-on-year/YoY), meningkat dari 4,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya sehingga secara keseluruhan tahun 2023 mencapai 5,05% (yoy).
Menurut dia, hal itu didukung oleh kenaikan ekspor, peningkatan investasi bangunan, dan dampak positif pelaksanaan Pemilu. Ia juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5%
“Prospek ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia serta tetap baiknya permintaan domestik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi,” ucapnya.
Lebih lanjut, perkembangan terkini menunjukkan surplus neraca perdagangan masih berlanjut pada Januari 2024 sebesar US$ 2,0 miliar dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang kuat.
Sedangkan, aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik terus berlanjut, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar US$3,1 miliar pada triwulan I 2024 dengan data terakhir 19 Februari 2024.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2024 tercatat sebesar US$145,1 miliar. Sementara itu, transaksi berjalan tetap sehat yang diprakirakan mencatat defisit rendah dalam kisaran 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB.
Untuk nilai tukar rupiah, pada Februari 2024 dengan data terakhir 20 Februari tahun ini tercatat menguat 0,77% (point-to-point), yang sebelumnya pada Januari 2024 melemah 2,43%.
“Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68% dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Won Korea, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 3,69%, 4,27%, dan 5,31%,” ujarnya.
Selain itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57% (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61% (yoy). Sedangkan inflasi inti pada Januari 2024 tercatat sebesar 1,68%.
“Dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar Rupiah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, serta kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik,” kata Perry.
Inflasi administered prices tercatat sebesar 1,74% (yoy). Sementara itu, inflasi volatile food meningkat menjadi 7,22% (yoy), terutama pada komoditas beras dan bawang. Yang menurutnya disebabkan karena El-Nino, faktor musiman, dan bergesernya musim tanam.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit pada Januari 2024 tercatat 11,83% (yoy), didorong oleh masih kuatnya sisi penawaran dan permintaan.
“Dari sisi penawaran, kapasitas permodalan perbankan yang kuat dan likuiditas yang memadai turut menopang peningkatan kredit,” paparnya.
Sementara itu, ketersediaan likuiditas perbankan tercermin dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tercatat sebesar 27,79%.
“Didukung pula oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) Bank Indonesia, khususnya bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas,” ucap Perry.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 27,66% pada Desember 2023. Perry mengatakan, hal ini ditopang rasio kredit bermasalah perbankan (Non-Performing Loan/NPL) yang tercatat sebesar 2,19% (bruto) dan 0,71% (neto).
(azr/lav)