Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta — Kinerja impor Indonesia sebulan menjelang periode Ramadan justru terpantau menurun. Pengapalan barang untuk seluruh golongan penggunaan mengalami kemerosotan, khususnya di lini bahan baku/penolong yang dibutuhkan industri untuk proses produksi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2023, impor golongan bahan baku/penolong mengalami penurunan terbesar senilai US$ 2.09 miliar (15,09%) secara bulanan atau month to month (mtm), diikuti barang konsumsi US$232,1 juta (14,54%), dan barang modal US$ 196,6 juta (6,64%). 

Secara year to date  (ytd), impor golongan barang modal dan barang konsumsi mengalami peningkatan masing-masing US$ 317,3 juta (5,87%) dan US$ 178,6 juta (6,42%) apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year (yoy). Sebaliknya, golongan bahan baku/penolong turun US$ 983,5 juta (3,69%) yoy. 

Dilihat dari kontribusinya selama Januari—Februari 2023, impor Indonesia didominasi oleh golongan bahan baku/penolong senilai US$ 25,67 miliar (74,73%), barang modal US$ 5,72 miliara (16,65%), dan barang konsumsi US$ 2,96 miliar (8,62%).

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan kinerja impor sebulan menjelang Ramadan memang terlihat menurun, termasuk untuk barang konsumsi, tetapi terdapat beberapa komoditas yang justru mengalami kenaikan permintaan pada Februari. 

“Kalau kita lihat, ada beberapa komoditas konsumsi yang permintaannya naik untuk persiapan Lebaran. Misalnya [impor] kurma dan hewan atau binatang hidup. Lalu gandum juga mengalami kenaikan impor secara nilai dan volume,” ujarnya, Rabu (15/3/2023). 

Dia mengelaborasi produk konsumsi lain yang mengalami penguatan permintaan impor jelang Ramadan mencakup jeruk mandarin, apel, dan daging lembu. 

Di sisi lain, permintaan impor untuk bahan baku atau penolong didominasi oleh komoditas minyak mentah, bahan bakar bensin tanpa timbal, dan biji gandum. Adapun, impor barang modal didominasi permintaan generator set dan kendaraan bermotor. 

“Untuk impor pangan, seperti beras, sesungguhnya agak sulit [pendataannya] karena bukan ditujukan untuk persiapan Ramadan. Kebetulan datangnya Ramadan bertepatan dengan kondisi panen raya di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Sekadar catatan, neraca perdagangan pada Februari 2023 masih mampu membukukan surplus. Total nilai impor pada Februari mencapai US$ 15,92 miliar, turun 4,32% yoy.

Pada Januari 2023, impor tumbuh 1,27% yoy. Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan impor tumbuh 9,06% yoy. 

Sebelumnya, BPS melaporkan nilai ekspor Februari 2023 sebesar US$ 21,4 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan bulan lalu masih surplus US$ 5,48 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia selalu surplus selama 34 bulan berturut-turut. Surplus Februari 2023 jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang tercatat US$ 3,87 miliar.

(wdh)

TAG

No more pages