Selain itu, BI juga terus melakukan penguatan strategi operasi moneter yang pro-market. Melalui beberapa langkah sebagai berikut, perdagangan surat berharga SRBI di pasar sekunder, memberikan fleksibilitas bank dalam mengelola likuiditas dan turut menjaga kapasistas pembiayaan perbankan atau lending capacity.
Pery juga mengatakan ketahanan perbankan yang kuat juga didukung oleh kemampuan bayar korporasi dan rumah tangga yang tetap baik, terlihat dari penjualan korporasi dan ekspektasi penghasilan rumah tangga yang menurutnya terus membaik.
"Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko tersebut yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," tutur Pery.
Sebelumnya, Perry juga mengatakan, kinerja kredit perbankan pada Januari 2024 tumbuh 11,83% secara tahunan (Year-on-Year/YoY), didorong oleh kondisi penawaran dan permintaan yang sama-sama kuat.
Ia mengatakan, ketersediaan likuiditas perbankan juga tercermin dari tingginya rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DP) yang tercatat sebesar 27,78%.
Selain itu, didukung juga oleh kebijakan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM), khususnya bagi bank yang menyalurkan kredit pada sektor prioritas.
Di sisi lain, kinerja simpanan masyarakat atau biasa disebut DPK tumbuh 5,8% pada Januari 2024. Guna menyikapi kesenjangan pendanaan antara DPK dan kredit, serta agar tetap menjaga kapasitas penyaluran kredit, bank-bank menempuh dua strategi utama, yaitu realokasi alat likuid dari surat-surat berharga dan penguatan pendanaan non-DPK.
"Secara umum, sektor-sektor ini menunjukkan kinerja usaha korporasi yang baik, dan mendorong terjaganya kemampuan membayar," kata Perry.
(azr/lav)