Logo Bloomberg Technoz

Daya Beli Lesu, Tapi BI Rate Masih Sulit Turun Demi Rupiah

Ruisa Khoiriyah
21 February 2024 16:55

Bank Indonesia (Azura Yumna/Bloomberg Technoz)
Bank Indonesia (Azura Yumna/Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik akibat tekanan konsumsi rumah tangga di tengah penurunan kinerja ekspor, tidak menghalangi fokus Bank Indonesia (BI) bersikukuh dengan kebijakan pengetatan moneter melalui keputusan mempertahankan bunga acuan BI Rate di level 6% untuk empat bulan berturut-turut.

Risiko ketidakpastian global masih mengintai, terutama dari arah bunga global dan gangguan rantai pasok dunia akibat krisis geopolitik maupun fenomena iklim, menjadikan strategi mempertahankan stabilitas menjadi lebih kecil risikonya ketimbang berbalik ekspansif melalui pelonggaran moneter.

Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang digelar di Jakarta hari ini, Rabu (21/2/2024), Gubernur BI Perry Warjiyo melontarkan pernyataan gamblang bahwa potensi penurunan BI rate terbuka pada semester II-2024. 

"BI rate sementara waktu kami pertahankan, sampai kapan? Baseline scenario kami adalah [baru turun] pada semester II dengan indikator inflasi tetap terkendali, perekonomian tumbuh bagus terutama bila rupiah tetap stabil dan cenderung menguat. Kami meyakini bahwa begitu ada kepastian Fed Funds Rate [bunga acuan Amerika] turun dan berbagai kondisi ekonomi global yang tadi, dolar AS tidak akan terus kuat dan ada kejelasan investor luar negeri untuk masuk ke Indonesia," jelas Perry. 

BI memprediksi, Federal Reserve (The Fed) baru akan memangkas bunga pada paruh kedua tahun ini dengan total penurunan 75 bps hingga akhir tahun. "Data-data ekonomi AS terbaru mengonfirmasi perkiraan itu bahwa FFR baru akan turun pada semester II nanti, sebanyak 75 bps," jelas Perry.