Secara rinci, OJK mencatat nilai penggalangan dana dari emiten yang antre IPO tersebut sebesar Rp9,2 triliun. Selanjutnya, ada penawaran umum terbatas atau PUT sebanyak 14 penawaran, dengan nilai indikatif Rp27,56 triliun.
Kemudian, penawaran efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) sebanyak 7 penawaran dengan nilai indikatif Rp7,26 triliun. Ada pula PUB EBUS Tahap I, II, dan seterusnya sebanyak 6 penawaran dengan nilai indikatif Rp6 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan akan terus menjajaki perusahaan-perusahaan berskala besar dan BUMN untuk segera IPO pada 2024. Misalnya saja PT Freeport Indonesia dan PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim.
Direktur Penilaian Perusahaan I Gede Nyoman Yetna mengatakan meskipun BEI telah mendekati perusahaan tersebut, tetapi kembali lagi aksi korporasi IPO akan terkait erat dengan kebijakan strategis masing-masing, termasuk keputusan waktu yang tepat untuk masuk ke pasar.
Namun, ia menegaskan belum ada perusahaan BUMN yang masuk pipeline Bursa hingga saat ini. Akan tetapi, BEI secara reguler telah bertemu dengan tim yang ingin IPO dari kementerian terkait. Nyoman berharap BUMN dan anak usaha BUMN lainnya juga dapat masuk ke pasar modal.
“Jadi IPO BUMN ini tergantung kesiapan dari BUMN dan anak usahanya. Tentunya yang kami lakukan adalah support dari sisi sharing-sharing hal-hal yang dapat kami berikan, sehingga meningkatkan kesiapan mereka untuk bisa masuk ke pasar modal, melihat berbagai sisi atau angle sesuai dengan ekspektasi dari investor,” jelas Nyoman minggu lalu.