Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan, BI Rate masih bertahan di level 6% bulan ini. Dengan demikian, BI Rate sudah ada di 6% sejak Oktober tahun lalu. Mempertahankan BI Rate menjadi jurus aman Bank Sentral mengingat bunga acuan global masih belum bergerak, dan diprediksi baru akan melandai paling cepat pada Juni nanti.
Adapun dari 29 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruhnya sepakat bulat alias aklamasi bahwa BI Rate akan ditahan di 6%. Tidak ada dissenting opinion.
BI diprediksi mempertahankan suku bunga acuan demi memastikan rupiah masih memiliki sokongan kuat, dari selisih imbal hasil investasi yang kompetitif meskipun saat ini sudah terlihat tekanan daya beli yang mengancam pertumbuhan dan membutuhkan pelonggaran moneter.
Dari regional dan global, Bursa Saham Asia diperkirakan melaju searah dengan Wall Street yang melemah, setelah para investor mempertimbangkan prospek perusahaan teknologi besar. Terutama menjelang laporan pendapatan Nvidia Corp yang sangat dinanti.
Meskipun ada spekulasi di pasar bahwa Nvidia akan melaporkan pendapatan yang solid, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa sahamnya tidak selalu merespons dengan baik terhadap hasil yang luar biasa, menurut Matt Maley di Miller Tabak + Co.
"Kadang-kadang harapan mereka begitu tinggi sehingga kita mendapatkan reaksi 'Sell the News'," kata Maley, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
UBS Group AG menaikkan perkiraan akhir tahunnya untuk S&P 500 untuk kedua kalinya sejak Desember. "Meskipun pandangan kami Bullish, tampaknya kami tidak cukup Bullish," papar Ahli Strategi UBS menulis dalam sebuah catatan.
Meskipun pasar melakukan aksi jual setelah data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produksi (IHP) yang kuat pekan lalu, "Pekerjaan kami menunjukkan bahwa pembacaan yang didorong oleh permintaan ini konstruktif untuk keuntungan di masa depan."
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, fokus perhatian investor masih akan tertuju pada tren pergerakan inflasi dan suku bunga serta laporan keuangan korporasi, terutama yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Laporan keuangan dari Nvidia yang dirilis pada Rabu waktu setempat dapat menjadi katalis yang ditunggu pasar karena investor masih berusaha menimbang kekuatan ekonomi global.
“Potensi katalis lain bagi pasar saham minggu ini termasuk rilis naskah pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (Fed Minute) di bulan Januari yang akan di rilis pada hari Rabu dan rilis data inflasi zona Euro yang dijadwalkan dirilis pada hari Kamis,” mengutip riset harian Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,77% ke 7.352 disertai dengan munculnya volume pembelian.
“Pada label hitam, posisi IHSG sudah berada di akhir wave b dari wave (ii), sehingga IHSG akan rawan terkoreksi kembali membentuk awalan wave c ke rentang area terdekatnya di 7.200-7.272, dengan catatan IHSG belum mampu break resistance di 7.403,” papar Herditya dalam risetnya, Rabu (21/2/2024).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG mampu break 7.403, maka IHSG berpeluang kembali menguat membentuk label merah untuk menguji 7.420-7.500.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BIRD, MARK, MEDC, dan SMGR.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi menguji resistance pada level 7.380 di Rabu. Seiring dengan investor yang masih wait and see terhadap rilis data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada hari ini. Keputusan untuk menahan suku bunga diharapkan dapat menjaga stabilitas makro-ekonomi dan mendukung proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
“Secara teknikal, IHSG masih menunjukkan konsolidasi dengan tertahannya di garis MA-5, dan terlihat pelebaran pada positive slope MACD,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi MDKA, TOWR, EXCL, ACES, ERAA dan BTPS.
(fad)