Di saat yang bersamaan, data pemegang saham terbaru GOTO justru menunjukkan bahwa sepanjang Februari terjadi akumulasi oleh beberapa fund manager global dengan dana kelolaan raksasa Tidak hanya manajer investasi saja yang membeli saham GOTO, beberapa broker asing ikut berinvestasi.
Berdasarkan data Bloomberg hingga 19 Februari 2024, BlackRock memiliki 24 miliar saham GOTO. Posisi tersebut meningkat 226 juta akhir Januari 2024 yang hanya 23,8 miliar saja.
Peningkatan saham GOTO yang dimiliki oleh BlackRock masuk ke dalam berbagai portofolio. Asal tahu saja, BlackRock merupakan perusahaan investasi dengan aset kelolaan terbesar di dunia dengan total Asset Under Management (AUM) mencapai US$9,1 triliun.
Selain BlackRock, perusahaan investasi dengan dana kelolaan jumbo lain yang juga terpantau meningkatkan kepemilikan saham GOTO adalah Ameriprise Financial Inc yang merupakan raksasa keuangan AS berbasis di Minnesota. Data terakhir menunjukkan nilai AUM Ameriprise lebih dari US$1 triliun.
Mengacu Bloomberg, kepemilikan Ameriprise Financial Inc di saham GOTO meningkat 41,2 juta dari akhir Januari 2024 sebanyak 176,5 juta menjadi 217,7 juta per kemarin.
Kemudian ada juga UBS AG yang juga menjadi pemegang saham GOTO. Bank investasi terbesar asal Swiss dan bermarkas di Zurich yang mengakuisisi Credit Suisse tersebut juga terpantau meningkatkan posisi investasinya di saham GOTO sebanyak 35,3 juta sepanjang Februari berjalan.
Selain ketiga nama besar di atas yang menjadi top buyer saham GOTO di bulan ini, ada juga nama seperti Amundi Asset Management asal Prancis dengan total AUM lebih dari EUR 2 triliun yang membeli saham GOTO sebanyak 14 juta dan disusul oleh bank investasi asal Jerman Deutsche yang membeli 10,4 juta saham GOTO di bulan ini.
Nama broker asing lain yang tak luput dalam aksi beli ini antara lain JPMorgan Chase & Co yang memborong 5,1 juta saham GOTO dan HSBC sebanyak 6,9 juta saham.
Terkait rumor merger dengan Grab, manajemen GOTO sejauh ini telah membantah. Manajemen menegaskan tengah fokus meraih Adjusted EBITDA positif dan siap kembali ke jalur pertumbuhan, terutama di segmen bisnis On Demand Service (GOJEK) dan Financial Technology (GoTo Financial).
Analis Panin Sekuritas, Rizal Rafly, menilai wajar sikap manajemen GOTO yang tidak terlalu antusias dengan proposal merger. Salah satu pemicunya, setelah Tiktok masuk ke Tokopedia, fundamental GOTO bukan hanya membaik, juga meningkatkan daya saing perusahaan di segmen bisnis lainnya.
“Setelah mendapatkan back up yang kuat di bisnis e-commerce, GOTO kini dapat memfokuskan semua energinya di bisnis ODS (Gojek) dan fintech (GoTo Finansial). Termasuk kembali ekspansi untuk menggenjot pertumbuhan dan memaksimalkan take rate” kata Rizal Rafly.
Pada titik ini, kata Rizal Rafly, tidak ada alasan mendesak bagi GOTO untuk menggabungkan bisnis ODS nya itu. “Justru GOTO memiliki kesempatan terbaik untuk memonetisasi semua potensi bisnis dalam ekosistem setelah masuknya Tiktok. Potensi merger pada segmen ODS GOTO akan semakin menguatkan posisi GOTO dalam menjadi penguasa pangsa pasar ODS di kawasan Asean, serta akan berdampak positif juga pada GTF” katanya.
Menurut Rizal Rafly, kalaupun terjadi proses merger, GOTO memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Apalagi potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar di kawasan dan posisi Gojek sebagai jagoan lokal. “Jika opsinya adalah berbagi pasar, maka paling mungkin adalah Gojek mengakuisisi aset Grab di Indonesia,” katanya.
Yang paling menarik adalah skema transaksinya. Rizal Rafly meyakini, GOTO akan tetap mempertahankan pengendalian terhadap Gojek. “Di meja perundingan (jika memang bakal terjadi), GOTO punya banyak alasan untuk memiliki posisi tawar yang jauh lebih kuat. mengingat Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di kawasan dan Gojek superior di bisnis ODS,” kata Rizal Rafly.
(dba)