Logo Bloomberg Technoz

Mozilla Corp, pemilik browser Firefox ikutan mengembangtkan AI. Produk ini bisa dikembangkan lebih jauh dan dibutuhkan industri menurut  perusahaan. Mitchell Baker, mantan CEO Mozilla mengatakan bahwa masa depan teknologi ada di pengembangan AI. Laura Chambers sebagai CEO baru menjadikan langkah Mozilla masuk lebih dalam ke bidang kecerdasan buatan makin terang. Mitchell Baker, mantan CEO Mozilla mengatakan bahwa masa depan teknologi ada di pengembangan AI. Laura Chambers sebagai CEO baru menjadikan langkah Mozilla masuk lebih dalam ke bidang kecerdasan buatan (AI) makin terang.

Lebih dari satu tahun yang lalu Mozilla telah menunjukkan peralihan fokus ke AI dengan keputusan investasi sebesar US$35 juta. Melalui perusahaan modal venturanya, Mozilla menjadi bagian dari  R+D Lab. Tujuannya menghadirkan Mozilla.AI, teknologi yang dapat dipercaya. Mozilla.AI jadi bagian mempercepat upaya perusahaan dalam mewujudkankan AI, "sesuai dengan misi kami selama 25 tahun, yang mengutamakan manusia, serta benar-benar dapat dipercaya dan terbuka," tulis perusahaan.

Anthropic

Anthropic. (Dok: Bloomberg)

Startup yang lebih kecil Anthropic juga terus mengembangkan AI generatif. Fokus mereka adalah keamanan dan teknologi yang bertanggung jawab. Anthropic berdiri pada tahun 2021 oleh mantan karyawan OpenAI, yang meninggalkan perusahaan di tengah perbedaan pendapat tentang arah bisnis. Anthropic  telah membangun chatbot AI percakapannya sendiri bernama Claude. Claude mampu melakukan tugas-tugas seperti meringkas, mencari, menjawab pertanyaan, dan pengkodean.

Anthropic juga didukung oleh Google, melalui induk usaha Alphabet Inc, lewat suntikan investasi pada Oktober 2023 sebesar US$2 miliar. Amazon juga menanamkan modal ke Anthropic  sebesar US$4 miliar. Anthropic juga rajin menggalang dana. Terbaru perusahaan dalam pembicaraan untuk menggalang dana sebesar US$750 juta (sekitar Rp11,6 triliun) hingga memungkinkan valuasi mereka bertumbuh menjadi  US$18,4 miliar (sekitar Rp285 triliun).  Anthropic tercatat menjadi salah satu perusahaan startup dengan pendanaan paling besar di industri ini. 

Apple

Apple Park. (Dok: Bloomberg)

Apple berusaha mengejar ketertinggalannya —khususnya dengan Microsoft—-atas inisiatif teknologi AI dengan rencana perilisan perangkat berbasis kecerdasan buatan tahun 2024. Perusahaan hampir menyelesaikan tool perangkat software baru yang penting bagi para pengembang aplikasi. Apple tengah mengembangkan tools selama satu tahun terakhir, sebagai bagian dari arus utama Xcode, perangkat software pemrograman andalan Apple. Sekarang, Apple telah memperluas pengujian fitur-fiturnya secara internal dan telah meningkatkan pengembangannya menjelang rencana rilis ke pembuat software pihak ketiga pada awal tahun ini, menurut orang-orang yang mengetahui hal tersebut.

Sistem baru akan beroperasi mirip dengan GitHub Copilot milik Microsoft. Sistem menggunakan AI untuk memprediksi dan menyelesaikan blok-blok kode, kata orang-orang tersebut yang namanya dirahasiakan. Apple juga mengeksplorasi penggunaan AI guna menghasilkan kode untuk menguji aplikasi, sebuah proses yang seringkali membosankan.

Saat ini, Apple mendorong beberapa insinyur untuk mencoba fitur-fitur AI baru ini secara internal sebagai bagian dari upaya “dogfooding”. Dogfooding merupakan terminologi saat sebuah perusahaan menggunakan produknya sendiri - untuk memastikan fitur-fitur tersebut berfungsi dengan baik sebelum merilisnya ke pengembang luar.

Builder

Builder.ai merupakan startup asal London Inggris. Proyek ini bertujuan memudahkan developer untuk meng-coding tanpa perlu tahu basis teknologi yang dalam. Sachin Dev Duggal, co-founder Builder.ai menegaskan membuat sebuah software di masa mendatang akan semakin mudah.

Builder.ai pada pertengahan 2023 baru saja mendapatkan pendanaan dari investor asal Qatar sebesar US$250 juta, dipimpin oleh Qatar Investment Authority (QIA), sebuah perusahaan investasi negara atau sovereign wealth fund. Pendanaan ini menambah panjang rekor investasi dari pemodal ventura dunia pada perusahan-perusahaan berbasis AI.

xAI

Perusahaan xAI milik Elon Musk, yang memiliki produk AI generatif bernama Grok. (Dok: Bloomberg)

xAI merupakan pengembang teknologi AI milik Elon Musk. Fokus kini adalah ‘mengalahkan OpenAI’ — entitas yang pernah didukung Elon Musk pada fase awal. Elon Musk memilih meninggalkan OpenAI karena perbedaan filosofis tentang bagaimana cara mendapatkan keuntungan dari teknologi tersebut. X (dulu bernama Twitter) menjadi data terbaik yang dimiliki xAI untuk mengolah, memperbaharui teknologi AI generatifnya.

xAI yang hadir Maret 2023, masih memiliki sekitar 20 karyawan, menurut pengumuman. Beberapa di antaranya adalah veteran Google DeepMind dan mantan karyawan   Alphabet Inc, rival dalam persaingan inovasi teknologi kecerdasan buatan. Asisten chatbot xAI, yang bernama Grok, telah diklaim lebih canggih dari OpenAI.

Grok akan “menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis yang ditolak oleh sebagian besar sistem AI lainnya,” dalam sebuah postingan Elon Musk di X. “Rencananya adalah membangun AGI yang baik dengan tujuan menyeluruh untuk mencoba memahami alam semesta, saya kira Anda dapat mengubah pernyataan misi xAI menjadi: ‘Apa yang sebenarnya terjadi?’ Itulah tujuan kami,” kata dia bulan Juli 2023.

Konsep AGI, teknologi yang mampu memahami atau mempelajari tugas-tugas yang bisa dilakukan manusia, telah membuat senang juga takut para ilmuwan  meski masih sebatas teori. 

Microsoft

Raksasa Teknologi Asal AS, Microsoft. (Dok: Bloomberg)

Microsoft telah loyal berinvestasi di OpenAI melalui kemitraan. Hal mendorong kepercayaan investor yang tinggi kepadanya, bahkan valuasinya telah menyalip Google. Langkah Microsoft dengan investasi miliaran dolar pada startup pengembang AI terkemuka mampu mendorong teknologi ini berkembang pesat. Hal lain menjadikan perusahaan-perusahaan teknologi yang sudah ada sebelumnya sebagai raja bagi bisnis generasi baru. Perusahaan teknologi dan perangkat software raksasa itu telah merombak seluruh lini produknya di sekitar teknologi yang mendasari ChatGPT, produk yang diidentifikasi CEO Satya Nadella sebagai “produk AI pertama yang dapat kita semua pahami.”

Meski begitu Nadella mengatakan bahwa Microsoft tidak terlalu bergantung pada OpenAI. Justru OpenAI bergantung pada Microsoft untuk bagian-bagian penting dari teknologi yang dibutuhkan untuk membuat produknya. Microsoft juga meneliti dan mengembangkan program AI-nya sendiri selain dari mitranya. Pada Juni 2023 developer software AI yang berbasis di Redmond, Washington ini merilis sejumlah produk dan tool pembaharuan dari OpenAI.

Baidu

Robin Li, Founder dan Chairman Baidu Inc. (Dok: Bloomberg)

Baidu asal China, yang awalnya fokus para pengembangan mesin pencarian masuk ke teknologi AI lewat permodalan bahasa besar. Targetnya bahkan kemampuan AI generatif Baidu akan setara dengan ChatGPT-4 milik OpenAI. AI milik Baidu, Ernie Bot terbaru menjadi ‘wakil’ China dalam persaingan dengan Amerika Serikat (AS). Li menambahkan Ernie 4.0 dapat menghadirkan layanan tanya jawab dan dirancang untuk menampilkan kemampuan dalam menjawab atau memecahkan teka-teki yang rumit dengan cepat.

Ernie telah menyamai produk unggulan OpenAI dalam hal kecanggihan dan kemampuan umum, klaim Li. Ernie Bot telah memiliki 45 juta pengguna —data per Oktober 2023. Jumlahnya masih  jauh di bawah ChatGPT yang mencapai 180 juta pengguna. Baidu merupakan pemimpin pencarian di China dan sering disetarakan dengan Google. Perusahaan menggantungkan harapan dengan pengembangan teknologi AI, lewat Ernie Bot, untuk memenangkan persaingan dari dua perusahaan teknologi besar asal China lain, Alibaba Group Holding Ltd. hingga Tencent Holdings Ltd. — yang menguasai internet.

Baidu memimpin gelombang investasi agresif di seluruh China setelah ChatGPT menunjukkan potensi disruptif atas generatif AI —  teknologi prompt atau perintah kerja sederhana untuk menghasilkan rekomendasi konten teks atau video. Kemitraan terbaru Baidu atas adalah menyematkan AI-nya  pada ponsel Galaxy S24 untuk pasar China. Fitur akan membantu meringkas, mengatur, dan menerjemahkan teks, kata Baidu dalam sebuah pernyataan, akhir Januari kemarin.

Alibaba

Pada April tahun lalu Alibaba Group Holding Ltd dikabarkan tengah menguji perangkat kecerdasan buatan internal perusahaan. Perusahaan mengundang segelintir pengguna mereka untuk menguji kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) internal perusahaan. Kala itu unit bisnis cloud computing Alibaba, Alibaba Cloud, menawarkan kode undangan kepada beberapa pelanggan korporat mereka untuk mencoba large language models (LLMs) atau model bahasa besar yang disebut "Tongyi Qianwen," menurut pengumuman yang diposting di akun WeChat resmi perusahaan tersebut. Situs web Alibaba Cloud untuk layanan ini hanya tersedia dalam bahasa Mandarin, kemungkinan layanan ini baru bisa memproses pertanyaan dalam bahasa mandarin.

Informasi saja, LLMs merupakan suatu jenis algoritma AI yang dibuat melalui pencarian data dalam jumlah yang besar dengan menggunakan teknik pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola dan struktur bahasa yang kompleks. Kehadiran ChatGPT oleh OpenAI telah menarik banyak pihak untuk mendalami teknologi chatbot berbasis kecerdasan buatan.

Teknologi ini dianggap dianggap bisa merupakan bisnis mulai dari mesin pencarian (search engine), periklanan digital, hingga perawatan kesehatan. Microsoft Corp melakukan langkah berani dalam teknologi ini dengan menggelontorkan dana sebesar US$10 miliar untuk OpenAI dalam upaya menantang kedigdayaan Google di bisnis search engine.

SoftBank

SoftBank. (Dok: Bloomberg)

Tidak mengembangkan tools software AI namun condorong pada menghadirkan perangkat cip, menjadi fokus perusahaan investasi global asal Jepang, SoftBank Group Corp. Proyek ini diberi kode Izanagi, sesuai dengan nama dewa penciptaan dan kehidupan Jepang. SoftBank telah menyiapkan dana investasi US$100 miliar (sekitar Rp1.560 triliun) untuk entitas baru yang berpeluang menjadi pesaing Nvidia, sebab mereka akan  memasok perangkat semikonduktor yang mendukung kecerdasan buatan.

Peluang terjun ke perangkat cip AI sebagai pelengkap bisnis yang telah dijalankan Arm Holdings Plc, perusahaan desain cip dimana SoftBank memegang saham mayoritas. Dalam satu skenario yang sedang dipertimbangkan Founder SoftBank Group Corp, Masayoshi Son perusahaan akan menyediakan dana sebesar US$30 miliar, dengan US$70 miliar kemungkinan berasal dari institusi di Timur Tengah, kata salah satu orang.

Jika Son berhasil, proyek cip ini akan mengerdilkan taruhan Microsoft Corp pada OpenAI, tetapi akan mencakup sekitar seperlima dari pasar semikonduktor global. Proyek ini mencerminkan antusiasme Son yang tak terbatas terhadap semakin masifnya kecerdasan buatan secara umum. Dia sering mengatakan bahwa dunia yang dipenuhi dengan mesin yang lebih pintar dari manusia, akan lebih bahagia.

Son menaruh perhatian besar pada AI. Dalam sebuah kesempatan bulan Oktober, Masayoshi Son mengatakan Jepang tidak boleh lagi kehilangan momentum merangkul teknologi baru seperti yang dilakukan oleh negara itu tiga dekade lalu yang sebagian besar melewatkan gelembung awal pertumbuhan internet. “Mengatakan 'Jangan gunakan AI' sama saja dengan mengatakan, jangan mengendarai mobil atau menggunakan listrik,” ujar Masayoshi Son. “Suka atau tidak suka, revolusi AI akan datang.”

Meta Platform

Teknologi dunia maya digital Metaverse, gadis dengan kacamata virtual reality VR bermain game augmented reality, gaya hidup futuristik (Dok. Envato)

Meski jarang tampil, namun induk Facebook ini juga telah memperkenalkan fitur-fitur kecerdasan buatan pada awal kuartal ketiga 2023. AI yang dikembangkan mandiri telah masuk ke banyak aplikasi grup Meta.  Penambahan ini nantinya akan memberikan pengalaman yang mirip dengan ChatGPT milik OpenAI kepada 3 miliar penggunanya.

Aplikasi AI Meta berupa  pembuatan stiker yang disesuaikan, pengeditan gambar, dan sejumlah karakter chatbot selebriti – semuanya dilengkapi dengan AI generatif – akan hadir di Instagram, Messenger, dan WhatsApp. Meta juga memperkenalkan studio pengembang bagi merek-merek yang ingin membangun alat AI mereka sendiri untuk layanan pesan perusahaan yang dapat dipakai berbicara dengan pelanggan.

“Kemajuan dalam bidang AI memungkinkan kita untuk menciptakan berbagai persona AI yang berbeda untuk membantu menyelesaikan berbagai tugas. Pandangan kami adalah orang akan ingin berinteraksi dengan berbagai AI yang berbeda untuk bermacam hal yang ingin Anda lakukan,”  CEO Meta, Mark Zuckerberg.

Meta telah berinvestasi dalam jumlah besar untuk membangun infrastruktur AI di belakang layar. Sementara Zuckerberg telah memberi bocoran tentang banyak ide yang dia miliki kepada konsumen untuk membuktikan bahwa perusahaan ini juga bersaing dalam perlombaan AI. Tools AI yang diperkenalkan pada Rabu ini akan terlihat lebih akrab bagi mereka yang telah mencoba fitur AI generatif seperti Snap's My AI chatbot atau pembuat selfie, dan produk pengeditan gambar Firefly milik Adobe Inc.

Pemerintah Singapura

Tidak hanya dari perusahaan, kapasitas pemerintahan seperti terjadi di Singapura juga membuka inisiatif pengembangan AI sebagai bagian dari strategi nasional. Singapura menargetkan menghadirkan 15.000 tenaga terampil bidang AI,  menurut Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong, dilaporkan Bloomberg. Singapura ingin membangun ekosistem yang bertanggung jawab dan terpercaya, sekaligus menjaga dari dampak buruk atau penyalahgunaan, menurut pernyataan pemerintah pada hari Senin.

“Ini adalah data, ilmuwan machine learning dan insinyur kami. Mereka adalah tulang punggung AI," kata Wong dalam sebuah acara. “Singapura percaya pada potensi jangka panjang dari AI. Aspirasi kami adalah untuk sepenuhnya memanfaatkan kemampuan AI untuk meningkatkan kehidupan kita.”

(wep)

No more pages