Logo Bloomberg Technoz

Namun, sepertinya adalah nilai tukar rupiah yang akan menjadi pertimbangan BI dalam menentukan suku bunga acuan. Saat ini, mata uang Ibu Pertiwi masih cenderung melemah.

Kemarin, rupiah ditutup melemah 0,17% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp 15.652/US$. Rupiah melemah 1,67% sepanjang tahun ini.

USD/IDR (Sumber: Bloomberg)

Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun tidak mampu meladeni keperkasaan dolar AS. Yen Jepang, yuan China, won Korea Selatan, baht Thailand, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura sepanjang tahun ini sudah melemah masing-masin 6,7%, 1,26%, 3,41%, 5,23%, 4,36%, dan 2,27%.

Dolar AS memang sedang dalam tren menguat. Pada pukul 09:53 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,1% ke 104,397.

Sepanjang tahun ini, indeks tersebut membukukan penguatan 2,15%.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

Data ekonomi AS yang solid membuat penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Federal Reserve menjadi sulit terwujud dalam waktu dekat. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate bertahan di 5,25-5% dalam rapat bulan depan mencapai 91,5%. Lebih tinggi dibandingkan seminggu lalu yaitu 84% dan sebulan lalu di 52,9%.

Sumber: CME FedWatch

Dinamika ini yang kemudian membuat dolar AS di atas angin. Akibatnya, rupiah dan berbagai mata uang negara lainnya masih tertekan.

Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economist, menyatakan pada saatnya nanti BI tentu akan menurunkan suku bunga acuan. Namun ini baru bisa dilakukan setelah pemangkasan oleh The Fed.

“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan menjadi salah satu bank sentral pertama di kawasan ini yang memangkas suku bunga. Namun tidak sebelum The Fed,” kata Henderson dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024, belum lama ini.

(aji)

No more pages