Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, para pengambil kebijakan mempertahankan suku bunga tetap untuk pertemuan keempat berturut-turut pada rapat Januari lalu, dan mengindikasikan bahwa pemangkasan pada pertemuan berikutnya pada Maret mungkin tidak terjadi.

Beberapa pejabat The Fed, termasuk Gubernur Jerome Powell telah mengindikasikan bahwa lebih banyak waktu diperlukan untuk memastikan inflasi berada di jalur yang berkelanjutan kembali ke target 2% bagi The Fed.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, ekspektasi suku bunga tetap menjadi fokus utama. Pertukaran saat ini menetapkan harga sekitar 90 basis poin dari angka pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve pada tahun 2024–dari sebelumnya yang menyatakan akan lebih dari 150 basis poin di awal Februari kala itu.

"Pasar telah menyesuaikan diri dengan gagasan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi kemudian, dan mungkin tidak sepenting yang diperkirakan sebelumnya," kata Vincent Juvyns, Ahli Strategi Pasar Global untuk JPMorgan Asset Management, di Bloomberg Television. 

Pergerakan naik juga "Benar-benar didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang layak yang telah kita lihat selama kuartal keempat," tambahnya.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pasar kontrak berjangka (futures) melihat 36% peluang penurunan suku bunga di bulan Mei, turun dari 100% beberapa minggu lalu. Pasar kontrak berjangka memperhitungkan kurang dari 100 bps kenaikan suku bunga tahun ini setelah menghapus 2 kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.

“Data inflasi AS memicu ketakutan bahwa pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve) tahun ini mungkin akan terjadi lebih lambat dari ekspektasi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Sementara itu, dari regional, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) mempertahankan suku bunga Medium-Term Lending Facility (MLF) bertenor 1 tahun di 2,5% karena ketidakpastian seputar waktu dari penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve membatasi ruang manuver bagi PBOC untuk dalam merubah kebijakan moneternya.

Pemerintah China mengambil sikap hati-hati dalam menopang ekonomi di saat sinyal tekanan deflasi mensyaratkan kebijakan stimulus yang lebih besar. Namun perubahan kebijakan moneter secara agresif berisiko membangkitkan tekanan atas mata uang Yuan dan memicu aliran keluar dana asing.

Dari dalam negeri, investor juga akan mencermati rilis data ekonomi penting mengenai suku bunga acuan Bank Indonesia esok hari. Diperkirakan suku bunga acuan akan tetap di level 6%. Namun, investor memperhatikan risalah kebijakan Bank Indonesia untuk melihat kemungkinan adanya rencana penurunan suku bunga dan pandangan Bank Indonesia terhadap kondisi makro-ekonomi Indonesia.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,53% ke 7.296 disertai dengan munculnya volume penjualan. 

“Pada label hitam, posisi IHSG sudah berada di akhir wave b dari wave (ii), sehingga IHSG akan rawan terkoreksi kembali membentuk awalan wave c ke rentang area terdekatnya di 7.200-7.272, dengan catatan IHSG belum mampu break resistance di 7.403,” papar Herditya dalam risetnya.

Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG mampu break 7.403, maka IHSG berpeluang kembali menguat membentuk label merah untuk menguji 7.420-7.500.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, EXCL, GOTO, HMSP, dan PTRO.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi tertahan, efek tanpa arahan solid dari indeks global dan regional, IHSG diproyeksikan berfluktuasi di rentang 7.250-7.330 pada hari ini.

“Secara teknikal, IHSG terkoreksi dan menguji support level di MA5 kemarin. Bersamaan dengan pergerakan tersebut, terbentuk penyempitan positive slope pada MACD hari ini,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi AUTO, BRIS, BUKA, INCO dan JSMR.

(fad/aji)

No more pages