Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi produsen pada Januari adalah 0,9%. Sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1%, tetapi masih lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar dengan perkiraan 0,6%.
Inflasi AS yang masih ‘bandel’ membuat prospek penurunan suku bunga acuan makin samar-samar. Ini menjadi sentimen negatif bagi emas, aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset).
“The Fed (Federal Reserve, bank sentral AS) kemungkinan besar tidak akan menurunkan suku bunga acuan pada Maret, sehingga mungkin sulit bagi harga emas untuk terus bertahan di atas US$ 2.000/ons. Saya memperkirakan harga akan turun ke kisaran US$ 1.960-an/ons,” kata Everett Millman, Chief Market Analyst di Gainesville Coin, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,39. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 48,85. Boleh dibilang netral, karena jauh dari zona jenuh jual (oversold) maupun jenuh beli (overbought).
Harga emas kini sudah menyentuh target Moving Average (MA) 10. Oleh karena itu, target resisten selanjutnya ada di US$ 2.017-2.023/ons.
Sementara target support terdekat adalah US$ 1.998/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun ke US$ 1.965/ons.
(aji)