“Jadi saya berharap masyarakat beralih ke SPHP karena kalau premium barangnya lagi naik. Kalau beralih ke SPHP, maka premium akan menjadi cukup karena sebagian bisa dikasih beras SPHP dari Bulog,” ujarnya.
Dalam kaitan itu, pemerintah bakal mengatur agar penyaluran beras SPHP tidak terlambat. Sebab, beras tersebut belakangan banyak diminati karena harga yang terjangkau.
“Jadi misalnya beras SPHP dijual di ritel, satu sampai dua hari sudah habis. Jangan sampai dua hari habis, tetapi datangnya lama. Kan ada kekosongan, kalau kosong harga naik lagi,” ujarnya.
“Memang kadang-kadang permintaan di sini dua hari habis, telat datang karena persoalannya [beras] 5 kg dikantongi kan. Permintaannya banyak, mengantongi itu sudah dibagi banyak karena waktu,”
Sebelumnya, Perum Bulog (Persero) menyatakan kelangkaan beras premium di jaringan toko ritel modern akhir-akhir ini tidak terlepas kaitannya dengan harga gabah dan beras sedang tinggi di sentra-sentra produksi.
Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan hal ini menyebabkan pengusaha beras mulai mengurangi pasokan ke ritel modern lantaran terdapat kebijakan harga eceran tertinggi (HET) di gerai-gerai ritel modern.
Dalam hal ini, beras premium harus dijual ke masyarakat sesuai dengan HET yang telah ditetapkan, walaupun harga beras di sentra produksi telah melambung tinggi.
“Pengusaha beras mungkin jaga langganan, mau dia jual rugi? Apa logika bisnisnya? Harga turun bisa tetap dijual segitu, bulan ini ada rugi dikit, bulan depan untung. Ternyata ini [kerugian] berjalan terus,” ujar Bayu di kantornya, Selasa (13/2/2024).
(dov/wep)