Logo Bloomberg Technoz

BEI Targetkan Nilai Transaksi Surat Utang Pasar Sekunder Rp140 T

Mis Fransiska Dewi
19 February 2024 14:40

Logo Bursa Efek Indonesia - IHSG. (Dok Bloomberg)
Logo Bursa Efek Indonesia - IHSG. (Dok Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan total transaksi surat utang di Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) senilai Rp140 triliun sepanjang 2024. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan realisasi pada 2023 sebesar Rp139 triliun. 

SPPA adalah sebuah platform elektronik untuk memfasilitasi perdagangan efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) di pasar sekunder.

Pada prinsipnya SPPA dapat memperdagangkan efek bersifat utang dan sukuk yang telah melalui penawaran umum, surat berharga negara dan/atau EBUS lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra mengungkapkan, hingga 19 Februari 2024, rata-rata transaksi harian SPPA tercatat Rp1,3 triliun dengan total transaksi sebesar Rp32 triliun secara year to date. 

“Kami harapkan pada 2024 bisa mencapai nilai transaksi sebesar Rp140 triliun sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, kami cukup optimis dengan antusiasme pelaku pasar untuk memanfaatkan SPPA sebagai preferred trading platform untuk perdagangan fixed income,” kata dia dalam konferensi pers, Senin (19/2/2024). 

Firza menambahkan, tren perdagangan melalui SPPA, 90% merupakan pelaku pasar yang banyak memborong obligasi pemerintah fixed rate (FR) dan masih sedikit pelaku pasar yang membeli instrumen SPPA lainnya termasuk surat utang syariah.

Berdasarkan data BEI, saat ini terdapat 33 pelaku pasar Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) Indonesia yang sudah menjadi Pengguna Jasa SPPA. Sepanjang tahun 2023 berhasil membukukan transaksi senilai Rp139 triliun. Transaksi tersebut mengalami peningkatan sebesar 12% jika dibandingkan dengan tahun 2022. 

Hal ini didukung oleh peran SPPA yang membuat perdagangan EBUS menjadi lebih efisien karena langsung terhubung dengan Sistem Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) dan lebih efektif karena perdagangannya mengakomodasi mekanisme multilateral matching sampai dengan bilateral negotiation. 

Sementara itu, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik berharap seluruh pelaku pasar surat utang dapat bergabung menjadi pengguna jasa SPPA untuk mendapatkan likuiditas, price discovery, dan efisiensi yang lebih baik dari perdagangan EBUS di Indonesia.

“Untuk jangka pendek kami melakukan sosialisasi, diskusi dengan pengguna jasa dan calon pengguna jasa untuk berpartisipas di SPPA. Nanti kita diskusikan untuk menempatkan SPPA menggunakan hub untuk seluruh transaksi EBUS,” tambah Jeffrey.