BI menjelaskan, kenaikan harga rumah itu terutama akibat kenaikan harga properti tipe kecil yang mencapai 2,15%, setelah pada kuartal sebelumnya juga sudah naik 2,11%.
Sementara untuk kelompok rumah tipe menengah dan besar, kenaikan harganya melambat masing-masing menjadi 1,87% dan 1,58%, dari tadinya naik 2,44% dan 1,7% pada kuartal III-2023.
Dari 18 kota yang diamati, sebanyak 10 kita mencatat kenaikan harga properti sementara delapan kota lain naik harga tapi kenaikannya melambat.
Beberapa kota yang mencatat kenaikan harga tertinggi di antaranya adalah Pontianak yang naik 3,57%, Banjarmasin naik 0,7% dan Manado 0,32%. Sementara perlambatan kenaikan harga terutama terjadi di Kota Balikpapan, Yogyakarta dan Bandung.
Bunga KPR
Hasil survei juga mencatat, kebanyakan pembelian properti oleh para konsumen adalah dengan kredit pembelian rumah (KPR) dari perbankan yang mencapai 75,9% dari total pembiayaan. Diikuti oleh pembelian dengan cara tunai bertahap sebanyak 17,24% dan pembelian secara tunai 6,73%.
Akan tetapi, meski kinerja penjualan pada kuartal IV-2023 masih positif, ada beberapa faktor yang membuat penjualan masih tertahan. Selain faktor perizinan atau birokrasi, ada juga faktor suku bunga KPR dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan kredit dan masalah perpajakan.
Saat ini, bunga kredit perbankan, untuk jenis kredit modal kerja masih di kisaran 9,25% berdasarkan data terakhir yang dilansir Bank Indonesia Desember lalu. Sedangkan bunga kredit konsumsi termasuk KPR umumnya lebih tinggi di mana mengacu pada Statistik Perbankan terakhir bulan November yang dilansir oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata bunga kredit konsumsi masih di angka 10,17%.
Bank Indonesia diprediksi akan mulai menurunkan bunga acuan BI rate pada semester 1-2024 sejalan dengan tren penurunan bunga global. Itu memberi harapan akan penurunan bunga kredit di perbankan tahun ini. Dengan bunga kredit berpotensi turun, penjualan rumah bisa lebih bergairah karena KPR yang menjadi andalan konsumen membeli rumah juga berpeluang turun bunganya.
Daya Beli Tertekan
Potensi perbaikan kinerja penjualan properti residensial terutama akan terlihat di sektor rumah tipe menengah dan besar. Sementara untuk rumah tipe kecil yang sejauh ini masih di zona kontraksi mungkin masih akan menghadapi tantangan seiring dengan tekanan daya beli yang masih membebani konsumsi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi RI pada 2023 hanya tumbuh 5,05% terutama karena motor utama pertumbuhan yaitu konsumsi rumah tangga melemah dengan pertumbuhan hanya 4,82% turun dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 4,94%.
Lonjakan harga pangan masih membebani konsumsi masyarakat meskipun pengucuran bantuan sosial dalam berbagai bentuk program begitu gencar dilakukan sepanjang tahun lalu hingga awal tahun ini. Itu karena bansos terbatas menyasar kelas bawah dan ditujukan sekadar untuk menahan agar daya beli kelompok rentan tidak semakin terpuruk.
Sementara kelas menengah yang menyumbang konsumsi domestik lebih besar, sekitar 43% dari total konsumsi nasional, tidak tersentuh kebijakan yang mampu meningkatkan kinerja konsuminya. Kelas ini 'dibiarkan' bertarung di tengah tekanan harga pangan yang terus melonjak dan pajak yang masih tinggi.
(rui/aji)