Ekonomi Sri Lanka Sepertinya Jatuh Lebih Dalam
News
15 March 2023 06:48
Anusha Ondaatjie - Bloomberg News
Bloomberg - Kontraksi (pertumbuhan negatif) ekonomi di Sri Lanka sepertinya semakin parah seiring kenaikan suku bunga ke level tertinggi dalam 2 dekade untuk meredam inflasi. Sri Lanka kini sedang mengharapkan pinjaman senilai US$ 2,9 miliar (Rp 44,6 triliun) dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi -13,4% untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Sri Lanka pada kuartal IV-2022. Jika terwujud, maka akan menjadi koreksi terdalam selama lebih dari 2 tahun. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Sri Lanka anjlok 11,8%.
Mengutip Bloomberg News, Sri Lanka masih berkutat dengan lonjakan harga, sumber dana yang kian menipis, dan pasokan barang yang terbatas. Selagi menunggu uluran tangan IMF, Sri Lanka mengetatkan ikat pinggang dan menaikkan suku bunga acuan. Pada kuartal terakhir 2022, mesin-mesin ekonomi Sri Lanka sudah ‘terluka’ dalam.
“Kontraksi manufaktur, penurunan daya beli, dan masalah di sisi pasokan memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian. Biaya produksi yang tinggi dan kekurangan pasokan valas juga menghambat ekonomi,” kata Udeeshan Jonas, Chief Strategist di Capital Alliance Holdings.