Menurut Aditya, peran dan fungsi perwakilan rakyat masih dipandang hanya formalitas oleh para pemilih saat ikut serta dalam pemilihan umum. Oleh karena itu, masyarakat memiliki kecenderungan memilih sosok yang familiar saat mencoblos.
“Mungkin pemilih kita juga (nggak tahu mau pilih siapa) yaudah ini ada artis, Komeng, lagi juga viral fotonya juga di ya sudah sekalian. Komeng juga nggak ngapa-ngapain menurut saya, kampanye juga nggak. Yaudah emang takdirnya Komeng jadi anggota dewan,” ujarnya.
Dia juga mencontohkan artis Uya Kuya dan Verrel Bramasta yang juga pertama kali mencalonkan diri sebagai anggota DPR suaranya lumayan tinggi.
“Memang popularitas itu buat artis, ketika dalam pemilihan dia kena dampak. Tapi apakah kemudian dia bisa optimal bekerja sebagai anggota dewan ya nanti kita lihat lagi kalau sudah kerja,” tuturnya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengungkapkan, banyak masyarakat yang meragukan artis dalam bekerja saat terjun menjadi politisi. Keraguan tersebut harus bisa dibuktikan oleh para artis yang menjadi anggota dewan legislatif.
Menurut Ujang, tidak banyak artis yang terjun menjadi politisi kemudian berhasil dalam menjalankan tugasnya. Dia mencontohkan hanya sebagian artis seperti Dede Yusuf dan Rieke Diah Pitaloka yang terlihat aksinya.
“Ada kerja artis yang bagus, ada yang tidak. Ya tunjukkan ketika mereka maju, mereka mampu menjadi wakil rakyat yang bisa perjuangkan kepentingan publik di parlemen,” imbuh Ujang.
(mfd/spt)