Tantangan bagi The Fed saat ini adalah bagaimana memprioritaskan tekanan inflasi yang masih tinggi itu agar bisa jinak di tengah peningkatan risiko stabilitas keuangan akibat keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) dan dua bank lainnya.
Persis sebelum meledak kasus SVB, Ketua Fed Jerome Powell sejatinya telah memberi sinyalemen akan menaikkan kecepatan pengetatan moneter melalui kenaikan bunga yang lebih tinggi. Namun, saat ini -dengan perkembangan sektor perbankan terakhir- banyak ekonom yang memperkirakan Fed akan kembali lagi ke laju kenaikan bunga di level kecil atau bahkan menahan bunga di level saat ini yaitu 4,75%. Bahkan, ada pula analis yang memperkirakan Fed akan memotong bunga acuan alias berbalik arah total dari serial pengetatan moneter.
“Kita masuk ke dalam semua kekacauan ini karena banyak bank sentral dan banyak ekonom, Fed mulai percaya bahwa inflasi sebagian besar sudah mati,” kata Ethan Harris, Head of Global Research Bank of America Corp, di Bloomberg Television. Kini, lanjutnya, pasar melihat pengejaran besar-besaran.
Tingkat imbal hasil alias yield US Treasury tenor dua tahun yang selama ini cukup sensitif terhadap pergerakan bunga acuan, naik ke posisi tertinggi sementara pasar berjangka naik dan dolar meningkat volatilitasnya.
Para trader di pasar swap mempertahankan prediksi bahwa Fed akan mengerek bunga 25 bps pada FOMC 22 Maret nanti.
Di luar perumahan, rekreasi, perabot rumah tangga dan tiket pesawat yang berkontribusi terhadap inflasi inti Februari lalu, harga bahan makanan naik di laju terlambat sejak Mei 2021, termasuk penurunan harga telur terbesar sejak awal-awal pandemi merebak.
Disinflasi barang yang telah mendorong penurunan inflasi secara keseluruhan dalam beberapa bulan terakhir telah kehilangan tenaga. Inflasi harga barang-barang tidak berubah pada Februari. Harga mobil bekas, misalnya, yang menjadi pendorong utama perlambatan pertumbuhan beberapa bulan terakhir, turun paling banyak dalam setahun terakhir. Dibandingkan tahun lalu, kelompok ini turun 13,6%, penurunan terbesar sejak 1960.
Harga energi juga menurun menyusul penurunan harga gas alam dan bahan bakar minyak. Adapun biaya listrik naik. Biaya perumahan, yang merupakan komponen layanan terbesar dan membentuk sekitar sepertiga Indeks Harga Konsumen, naik 0,8% bulan lalu. Selain itu, biaya penginapan di hotel berkontribusi juga pada lonjakan harga dengan kenaikan bulanan terbesar sejak Oktober.
Sewa tempat tinggal dan kategori sewa setara pemilik, masing-masing melonjak dengan rekor tahunan sedikitnya 8%. Karena cara penghitungan kategori ini, terjadi delay antara ukuran real time yang saat ini menunjukkan penurunan dengan data CPI.
Di luar energi dan perumahan, harga jasa naik 0,4%, terbesar sejak September 2022 menurut perhitungan Bloomberg. Powell dan rekan-rekannya menekankan pentingnya melihat metrik seperti ini ketika menilai lintasan inflasi seluruh negeri kendati mereka juga menghitungnya berdasarkan indeks terpisah.
-- dengan asistensi Reade Pickert, Chris Middleton, Liz Capo McCormick dan Mackenzie Hawkins
(bbn)