Perlu diketahui, terdapat perbedaan perangkat persinyalan yang digunakan antara kedua stasiun.
Stasiun Cicalengka menggunakan perangkat blok mekanik dan Stasiun Haurpugur menggunakan perangkat persinyalan elektrik. Dalam menghubungkan kedua stasiun untuk dapat berkomunikasi, dipasangkan sistem interface yang berfungsi sebagai penerjemah bahasa dari elektrik ke mekanik.
Namun, interface ini mengalami gangguan karena adanya transien tegangan sangat tinggi dalam waktu sangat singkat. Berdasarkan hasil pengujian, padahal, anomali tidak terjadi dengan transien sekitar 30Vpp.
Fatalnya, terdapat kepercayaan (complacency) terhadap sistem blok tanpa mengonfirmasi kembali informasi yang diterima melalui sistem. Hal ini termasuk ke dalam faktor manusia.
Konfirmasi bisa dilakukan melalui bel panggil, tetapi alat itu tidak berfungsi sejak 1 Januari 2023. Dengan demikian, telepon digunakan sebagai alternatif untuk mengonfirmasi hal tersebut.
Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Cicalengka berusaha menghubungi Stasiun Haurpugur menggunakan telepon sebanyak 3 kali. Namun, PPKA Stasiun Haurpugur tidak menjawab karena sedang berada di peron depan ruangan PPKA melakukan Semboyan 1 untuk KA 121 berjalan langsung di Jalur 1.
“Jadi memang PPKA melayani kereta ada pelayanan kereta masuk yang berangkat, PPKA harus keluar ruangan memberikan semboyan 1, dia berdiri di peron. Pada saat itu, ruangan kosong. PPKA Cicalengka menelpon menyampaikan pertanyaan oleh PPKA Stasiun Haurpugur gimana persilangan KA 65A Turangga? Tidak dijawab 3 kali,” ujarnya.
“Setelah selesai melakukan pelayanan kereta di luar ruangan, PPKA Haurpugur masuk memberikan warta masuk KA 121 di stasiun Haurpugur, pada saat itu muncul sinyal langsung tanda panah kuning Cicalengka secara sistem, seolah-olah ke arah Cicalengka aman bisa dilewati. Jadi seolah-olah pertanyaan tadi dijawab sistem [tanpa konfirmasi ulang].”
KNKT mengatakan anomali berupa uncommanded signal serupa telah terjadi beberapa kali sejak Agustus 2023. Namun, kondisi itu hanya dianggap sebagai peristiwa biasa dan langsung melakukan reset agar pelayanan KA dapat dilakukan kembali.
“Anomali tersebut tidak teridentifikasi sebagai gangguan blok sehingga tidak tercatat dalam laporan gangguan persinyalan,” ujarnya.
(dov/wdh)