Dia menambahkan, penduduk mulai mendekati area tersebut pada akhir tahun 1980-an. Sementara Pertamina membeli lahan tersebut pada 1971 dari PT Mastrako dengan total luas lahan 153 hektare. Pada 1976 dikeluarkan surat penetapan pemberian hak dari mendagri.
Saat ini sebagai gambaran kata dia, warga tersebar di beberapa RT dan RW. Di lokasi A sebagaimana skema peta yang ditunjukkan kepada Komisi VI, ada TBBM Plumpang sekitar 62 hektare. Kemudian luas area B 11 hektare ditinggali warga, area C 12,5 hektare juga pemukiman dan D yang dikenal dengan Tanah Merah sekitar 50 hektare pula ditinggali warga.
Nicke dalam kesempatan tersebut tak menampik bahwa rapatnya tempat tinggal warga bahkan hingga ke dinding tembok TBBM atau Depo Plumpang memang terjadi.
"Jadi kalau dilihat sebetulnya itu masyarakat mulai mendekat di akhir tahun 1980-an dan sekarang terlihat sangat padat bahkan rumah masyarakat nempel di dinding pembatas terminal Plumpang. Jadi ini kondisi hari ini," imbuhnya.
Sementara data korban terakhir yang disebutkan Nicke adalah adanya 23 orang meninggal dunia baik yang di lokasi kejadian maupun meninggal setelah dirawat inap.
(ezr)
