Malaysia pernah menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Saat ini tengah bergulat dengan penurunan ekspor sejak Maret di tengah melemahnya permintaan eksternal.
"Pertumbuhan melambat di tengah lingkungan eksternal yang menantang," kata BNM. "Ini terutama disebabkan oleh perdagangan global yang lebih lambat, penurunan siklus teknologi global, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter yang lebih ketat."
Menurut Felicia Ling dan Nurul Athira Salith, ekonom di Hong Leong Investment Bank Bhd, perekonomian Malaysia ke depannya kemungkinan akan membaik. Didukung oleh permintaan domestik dan pemulihan aktivitas perdagangan global karena efek dasar yang rendah. Mereka memperkirakan pertumbuhan PDB akan meningkat menjadi 4,8% pada 2024, sejalan dengan perkiraan pemerintah sebesar 4% hingga 5%.
Namun, masih ada risiko di depan mata. Para pejabat mengandalkan konsumsi swasta sebagai pendorong pertumbuhan utama tahun ini.
Menjelang perilisan data pada Jumat, analis di AmBank Bhd memperingatkan bahwa rencana Malaysia untuk membatasi subsidi bahan bakar kepada mereka yang membutuhkan dapat meningkatkan tekanan harga. Hal itu juga dapat mendorong masyarakat berpenghasilan atas dan menengah untuk memprioritaskan kembali pengeluaran mereka.
Bank sentral mengatakan bulan lalu, niat pemerintah untuk meninjau kembali pengendalian harga dan subsidi pada 2024 akan mempengaruhi prospek inflasi dan kondisi permintaan. Pemerintah memperkirakan inflasi rata-rata 2,1% hingga 3,6% tahun ini.
(bbn)