Logo Bloomberg Technoz

IHSG menjadi banyak dari sekian Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), Straits Times (Singapura), Hang Seng (Hong Kong), PSEI (Filipina), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), TOPIX (Jepang), SETI (Thailand), yang berhasil menguat masing-masing 3,03%, 1,21%, 1,2%, 0,41%, 0,4%, 0,33%, 0,28%, dan 0,16%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak ada di zona merah i.a KOSPI (Korea Selatan), dan KLCI (Malaysia), yang terpangkas masing-masing 0,25%, dan 0,06%.

Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi kedua di Asia, setelah indeks Taiwan.

Bursa Asia mengikuti apa yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, Bursa Saham New York kompak melaju di zona hijau.

Indeks Nasdaq Composite melonjak 1,3%, S&P 500 menguat 0,96%. Sementara, Dow Jones Industrial Average (DJIA) menghijau dengan kenaikan 0,4%.

Salah satu sentimen yang mewarnai laju indeks adalah ekspektasi dari penurunan suku bunga acuan The Fed. Harga pasar mengindikasikan bahwa para trader sebagian besar telah menurunkan harapan akan adanya penurunan suku bunga di Maret. Peluang untuk satu pertemuan berikutnya pada awal Mei adalah 1 banding 3, lebih rendah dari kepastian penuh untuk pemangkasan dua minggu yang lalu.

"Data inflasi yang 'Panas' tidak mengubah dasar pemikiran kami untuk melakukan soft-landing," ujar Solita Marcelli dari UBS Global Wealth Management, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

"Namun, kami terus memantau data yang masuk dan awal penurunan suku bunga dapat ditunda jika hasil-hasil ekonomi tetap kuat,” tambahnya.

Beberapa pejabat The Fed juga memberi pernyataan yang sedikit dovish pasca rilis data inflasi AS. Gubernur Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee menyatakan pada Rabu, inflasi yang sedikit lebih tinggi dalam beberapa bulan akan dan masih konsisten dengan target bank sentral di 2%.

Sementara pejabat pengawas perbankan The Fed Michael Barr menyatakan, para pengambil kebijakan masih perlu melihat lagi data yang lebih banyak yang menunjukkan inflasi berlanjut ke level target The Fed sebelum memutuskan memangkas bunga. 

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari hasil Pilpres 2024 yang diprediksi akan berlangsung satu putaran, berkaca pada Hasil Hitung Cepat (Quick Count) lembaga-lembaga survei, dengan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sebagai peraih suara terbanyak.

Quick Count yang digelar oleh beberapa lembaga survei menempatkan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 unggul dengan perolehan suara yang unggul lebih dari 50% dengan total sampel data masuk nyaris mendekati 100%.

Keberlanjutan kebijakan dan konsolidasi fiskal akan menjadi hal yang sangat penting, kata Brendan McKenna, Emerging Market Economist and Currency Strategist di Wells Fergo New York. Bila Prabowo terlihat tidak melanjutkan kebijakan yang sudah dijalankan Presiden Joko Widodo, sentimen itu bisa goyah, jelasnya.

Sentimen selanjutnya datang dari Badan Pusat Statistik yang mengumumkan neraca perdagangan RI tetap terjaga surplus, selalu positif selama 45 bulan beruntun. Kali terakhir neraca perdagangan mengalami defisit adalah pada April 2020

BPS memaparkan, nilai impor Indonesia pada Januari 2024 mencapai US$ 18,51 miliar. Mencatat kenaikan 0,38% dibandingkan Januari tahun lalu.

Sedangkan, untuk nilai ekspor RI pada Januari sebesar US$ 20,52 miliar. Turun 8,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu

Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 2,01 miliar.

Dalam 20 tahun terakhir, ini adalah rangkaian surplus terpanjang kedua. Hanya kalah dari Februari 2004-Maret 2008 atau 50 bulan beruntun.

(fad)

No more pages