“Mungkin ini nama [Vision Pro] yang paling buruk,” tulis akun Chief ai office, dan dibalas Altman, “ChatGPT [penamaan] jauh lebih jelek.”
“Anda bisa bayangkan semua mata yang dapat dipindai dan memberi ruang untuk penipuan, itu maksudnya Sam,” tulis akun Preston Pysh.
Sebagian pengikut Altman lain mengutip dan membagikan potongan pernyataan Steve Jobs atas konsep virtual reality pada sebuah kesempatan.
Remember in 2005 when Steve Jobs was describing VR? pic.twitter.com/Lv41q5o9yP
— Derick D (@jeazous) February 9, 2024
Mencoba Vision Pro
Beberapa pengguna melakukan review usai mencoba Vision Pro, termasuk CEO Meta Platform, Mark Zuckerberg, yang juga memiliki perangkat sejenis, Meta Quest 3.
Mark lantas merekamnya melalui passthrough mixed reality Quest 3, dia klaim beresolusi tinggi. Mark Zuckerberg menyampaikan bahwa perangkat miliknya lebih baik, lebih murah, lebih ergonomis.
“Sepertinya ada banyak orang yang berasumsi bahwa Vision Pro akan lebih berkualitas karena dirancang oleh Apple dan harganya lebih mahal tiga ribu dolar,” kata Mark Zuckerberg.
Keunggulan yang disampaikan Mark pada Quest 3 lainnya adalah, menyediakan fasilitas tontonan Youtube dan permainan gim Xbox, tidak dengan Vision Pro.
Namun fans Apple mendapatkan perangkat revolusioner baru, Vision Pro, sebuah headset yang menggabungkan AR dan VR dengan analis memperkirakan Apple mengantongi penjualan sekitar Rp9,3 triliun untuk sebuah perangkat seharga Rp54 juta/unit.
Di pasar Jepang Vision Pro, model basic dijual dengan harga ¥ 800.000 (sekitar US$ 5.400). Namun salah satu penjual di Lazada Singapura menawarkan dengan harga SING$8.500 (sekitar US$6.300)
Di pusat belanjang Mong Kok, importir memberi harga khusus Vision Pro kepada pelanggan sekitar HK$35.800 (sekitar US$ 4.580). Harga dapat berubah-ubah setiap hari, dilaporkan Bloomberg News.
Memang Vision Pro baru dijual secara terbatas di beberapa toko di Amerika (AS) awal Februari. Pembelian juga lebih rumit karena butuh penyesuaian perangkat dari petugas toko ritel Apple. Beberapa langkah ini bertujuan agar pengguna merasakan pengamalan yang optimal.
Tim Cook, CEO Apple menyebut Vision Pro yang membuat pengguna rela mengantre di jaringan ritel Apple sebagai “era komputasi spasial”.
Meski pangsa pasar produk ini masih kecil, dengan mengusung teknologi baru Vision Pro diharapkan akan membesar. Terlebih kekuatan pemasaran Apple yang selama ini terbukti mampu mengubah pola pengguna perangkat.
Seberapa Besar Minat Orang Pada Vision Pro
Untuk Vision Pro tidak bisa dibilang murah, dimana rata-rata perangkat Apple juga relatif lebih mahal dibandingkan merek lain. Namun konsep eksklusivitas di awal perilisan membuat gadget ini mendorong harga naik.
“Pengamatan kami mengindikasikan kenaikan harga di toko tidak resmi, mencapai hingga 40.000 yuan untuk unit Vision Pro," kata analis Counterpoint Research, Ivan Lam.
“Namun, pembelian ini kemungkinan besar mewakili pasokan yang terbatas, yang berasal dari pasar luar dan menyimpang dari perilaku konsumen pada umumnya.”
Dorongan untuk mendapatkan unit awal perangkat baru ini berasal dari berbagai sumber, kata analis IDC Bryan Ma.
Selain fans garis keras Apple yang bersemangat, para pengembang perangkat lunak di luar negeri serta para pemain industri dan saingannya ingin mendapatkan pengalaman langsung dengan cepat untuk menentukan langkah selanjutnya, menurut Ma.
Dan pasar kembali meruncingkan Apple dan Meta dalam persaingan perangkat ini. Sama-sama mengusung VR, berdama Quest goggles. Namun, ada lagi yang lebih bisa disandingkan sebagai rival; perangkat milik Varjo Technologies Oy dari Finlandia. Didirikan oleh mantan insinyur Nokia, Varjo memiliki daftar panjang pelanggan perusahaan untuk kacamata XR, yang harganya mencapai US$3.990 dan digunakan untuk tugas-tugas seperti pelatihan pilot dan visualisasi desain industri.
—Dengan asistensi Vlad Savov.
(ros/wep)