Baker, yang kini menapaki tugas selaku Executive Chairwoman Mozilla mengatakan, “Laura dan saya akan bekerja sama dengan erat sepanjang bulan Februari untuk memastikan transisi yang mulus, dan dalam peran saya sebagai kepala eksekutif saya akan terus memberikan saran dan terlibat dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan sejarah unik dan karakteristik Mozilla.”
“Ini adalah kesempatan dan keharusan bagi Mozilla untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Saya sangat senang dengan keterlibatan Laura sehari-hari dan kesempatan bagi Mozilla untuk meraih lebih banyak lagi. Kekuatan kami terletak pada upaya kolektif dari orang-orang yang berkontribusi untuk sesuatu yang lebih baik dan saya ingin sekali agar Mozilla dapat memenuhi kebutuhan di era ini dengan lebih baik lagi,” papar Baker dalam blog perusahaan, dilansir, Kamis (15/2/2024).
Lebih dari satu tahun yang lalu Mozilla telah menunjukkan peralihan fokus ke AI dengan keputusan investasi sebesar US$35 juta. Melalui perusahaan modal venturanya, Mozilla menjadi bagian dari R+D Lab. Tujuannya menghadirkan Mozilla.AI, teknologi yang dapat dipercaya.
Mozilla.AI jadi bagian mempercepat upaya perusahaan dalam mewujudkankan AI, "sesuai dengan misi kami selama 25 tahun, yang mengutamakan manusia, serta benar-benar dapat dipercaya dan terbuka," tulis perusahaan.
Mozilla mengamini bahwa AI telah banyak mengubah masyarakat meski masih harus dihadapkan pada etika teknologi yang kompleks. Bangkitnya AI sama seperti awal produk web browser muncul di era 1990-an.
"Mozilla berfokus pada penggunaan filantropi, komunitas, dan kekuatan kolektif, untuk membantu menciptakan status quo baru di mana kepentingan publik, bukan keuntungan, yang mendefinisikan gelombang AI berikutnya."
Atas dasar itulah misi menghadirkan AI yang bertanggung jawab, dapat dipercaya, inklusif, dan berpusat pada martabat manusia, menjadi mimpi perusahaan sebagai organisasi nirlaba, di tengah persiangannya dengan Google Chrome milik Alphabet Inc, Safari milik Apple Inc dan Edge milik Microsoft Corp
AI Membuat Pekerjaan Menjadi Mudah
Karena fokus barunya membuat Mozilla harus mem-PHK 5% dari total karyawan atau setara 60 posisi, terutama pada unit pengembangan produk. Mozilla masuk jadi bagian dari perusahaan-perusahaan teknologi yang sebelumnya telah merilis rencana PHK.
Berbagai industri memang terdampak dari perkembangan AI, khususnya di sektor teknologi. Data mencatat angka PHK di bidang teknologi mencapai lebih dari 32.000 pekerjaan sepanjang tahun ini, dengan ragam alasan.
Sejak Mei tahun lalu, perusahaan-perusahaan AS telah mengumumkan lebih dari 4.600 PHK, untuk kemudian mempekerjakan orang-orang yang memiliki pengalaman dengan AI.
Teknologi tersebut menggantikan tugas-tugas yang ada, demikian menurut firma outplacement Challenger, Gray & Christmas Inc. Namun, perkiraan tersebut “tentu saja kurang dari jumlah yang sebenarnya," kata Wakil Presiden Senior Andrew Challenger dalam sebuah wawancara.
Challenger menambahkan bahwa angka pekerjaan yang terpangkas karena AI seharusnya jauh lebih banyak dibandingkan pengumuman resmi perusahaan.
CEO International Business Machines Corp (IBM) pernah mengatakan perusahaan berencana untuk menghentikan sementara perekrutan karena merasa akan segera digantikan oleh AI.
CEO Larry Fink dan Presiden Rob Kapito BlackRock Inc memaparkan bahwa telah terjadi pergeseran industri yang dramatis “dan mungkin yang paling besar, teknologi baru siap untuk mengubah industri kami— dan setiap industri lainnya.”
Pada awal Februari CEO United Parcel Service Inc (UPS) Carol Tomé berkata, machine learning telah mempermudah tim penjualan. Hal yang mendorong PHK 12.000 karyawan level manager di perusahaan berusia 116 tahun tersebut.
Tomé mengutip satu contoh, bahwa dengan machine learning memungkinkan sales untuk menyusun proposal tanpa harus mendapatkan informasi harga dari eksekutif. Ujung dari keputusan PHK UPS adalah peningkatan efisiensi.
Sebagian lain hanya menyatakan memperlambat perekrutan karyawan secara signifikan, namun sejatinya juga mengeksekusi PHK secara diam-diam, terang Johnny Taylor, CEO dari Society for Human Resource Management, dan secara nyata di masa mendatang dunia akan dihadapkan pada struktur perusahaan yang lebih ramping, efek artificial intelligence.
(wep/roy)