Menurut Jokowi, insentif pengurangan PPN sebesar 10% tidak hanya mendongkrak penjualan mobil listrik di Indonesia, melainkan juga bakal mendorong peningkatan produksi dari pabrik mobil listrik yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, ujarnya, Indonesia diharapkan bisa bersaing dengan negara lain melalui penggunaan komponen dalam negeri (local content) seperti bahan baku untuk baterai mobil listrik.
“Sehingga nanti kita bisa bersaing dengan negara-negara lain kalau semua local content sudah, baterainya sudah, nah kita akan melihat, kita akan bersaing dengan negara lain,” ujar Jokowi.
Namun, Jokowi tidak menutup kemungkinan bahwa pemerintah bakal menyediakan insentif untuk kendaraan listrik atau EV lainnya. Hal ini dilakukan agar semua merek EV bisa melakukan produksi di Indonesia.
Sebab, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat lantaran memiliki sumber daya nikel. Bahkan, Kepala Negara menyebutkan, masa depan industri otomotif Indonesia ada di mobil listrik.
Menurutnya, hal itu terjadi karena Indonesia memiliki bahan baku untuk menyokong kebutuhan produksi baterai untuk EV berupa nikel.
“Ya saya kira ini memang masa depan otomotif Indonesia itu di mobil listrik karena kita memiliki bahan baku nikel dan yang lainya,” pungkasnya.
(dov/wdh)