Logo Bloomberg Technoz

Beberapa koin alternatif juga tersulut kenaikan yang sama, dimana Ether sebagai token kedua terbesar setelah Bitcoin kembali rebound ke level sebelum kejatuhan stablecoin TerraUSD runtuh hampir dua tahun lalu. . Ether naik 5% pada pukul 9:39 pagi di New York pada hari Rabu, dan altcoin seperti Avalanche, Polkadot, dan Polygon juga naik, dilaporkan Bloomberg News.

Bitcoin masih mendapatkan momentum positif meski laporan data inflasi Amerika Serikat (AS) mencatatkan posisi lebih tinggi. Dorongan akibat disetujuinya ETF Spot Bitcoin oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS masih cukup baik menangkal hasil inflasi AS.

Momentum Halving, atau memotong harga setengah (half) hasil penambangan koin digital pada bulan April, juga menjadi salah satu faktor pendorong reli. Halving menjadi fenomena  yang dipandang oleh banyak orang sebagai penyangga harga berdasarkan preseden historis.

Jaringan komputer yang biasa dipakai penambang Bitcoin jelang momentum Halving. (Dok: Bloomberg)

“Kami memperkirakan pasar akan berhenti sejenak di sini setelah reli spektakuler selama empat bulan, sebelum Bitcoin halving yang akan datang mengambil alih narasi,” kata Caroline Mauron, co-founder perusahaan penyedia likuiditas derivatif aset digital, Orbit Markets. 

Fluktuasi harga yang terlihat sejak pengenalan Bitcoin lebih dari satu dekade lalu telah lama menjadi salah satu daya tarik utama bagi para spekulan. Bitcoin kemudian pulih semua kerugiannya sejak ledakan stablecoin TerraUSD pada Mei 2022, hingga memicu gelombang kegagalan yang pada akhirnya membantu menjatuhkan bursa FTX milik Sam Bankman-Fried pada November 2022. 

Pada saat FTX jatuh, pasar kripto sudah berbulan-bulan mengalami kekalahan yang juga merenggut hedge fund Three Arrows Capital dan pemberi pinjaman Celsius Network. Kejatuhan FTX, yang pernah menjadi salah satu bursa kripto teratas berdasarkan volume perdagangan, bahkan lebih merusak, dengan harga token yang stagnan karena likuiditas mengering.

Sekarang harga kripto telah bergerak lebih tinggi karena para analis melihat lebih sedikit risiko yang membayangi industri, termasuk ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar. Situasi seperti itu kerap kali meningkatkan daya tarik aset-aset berisiko.

(fik/wep)

No more pages