Bloomberg Technoz, Jakarta - Arus modal asing bersiap kembali ke pasar keuangan Indonesia setelah momen besar yang menjeda keputusan, Pemilu dan Pilpres 2024, sudah dilalui dan sepertinya memberikan kejelasan lebih cepat terkait suksesi kepemimpinan di negara dengan populasi terbesar keempat di dunia ini.
Para pemodal asing diperkirakan siap menyerbu aset-aset di pasar saham juga obligasi sehingga akan membawa rupiah berkibar menguat hingga 2% dari posisinya saat ini, sebulan ke depan. Prediksi terbaru dari Bank of New York (BNY) Mellon memprediksi, rupiah bisa mencetak reli hingga 2% dalam sebulan ke depan pasca kepastian hasil Pemilu dan Pilpres 2024 didapatkan oleh pelaku pasar.
"[Penghitungan] iFlow kami memperlihatkan investor memiliki ruang untuk menambah kepemilikan di obligasi. Pemilu memberikan kejelasan arah Indonesia dengan selama ini ia menjadi kisah tentang pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik yang dibutuhkan. Ini dilihat sebagai cerita kawasan. Kami perkirakan ada kenaikan 1%-2% untuk rupiah ketika semuanya pasti dalam sebulan ke depan," kata Head of Markets Strategy BNY Mellon Bob Savage, dikutip dari Bloomberg News, Rabu malam (14/2/2024).

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) sempat tertekan karena ketidakpastian global terkait arah bunga acuan Federal Reserve sejak awal tahun lalu. Bahkan pasca rilis data inflasi Selasa malam kemarin, pasar obligasi global 'kebakaran' dengan yield Treasury melesat hingga double digit. Situasi itu sudah relatif mereda saat ini dengan yield Treasury kembali landai seiring dengan rebound pasar keuangan global menyusul data kinerja korporasi yang memperlihatkan pertumbuhan kuat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berpeluang mencetak lonjakan hari ini terutama disokong oleh kemungkinan besar pilpres hanya berjalan satu putaran yang memberikan kepastian lebih cepat bagi pelaku pasar.
"Hasil quick count ini menghapus keraguan pasar terhadap kemungkinan ketidakpastian politik domestik dan berpeluang memicu aksi beli baik dari investor dalam negeri serta asing," imbuh Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, dalam catatan hari ini, Kamis (15/2/2024).
Selanjutnya, pasar akan menanti langkah berikut dari para kontestan pemilu dan pilpres, terutama gerak partai politik yang tergabung dalam koalisi.
"Kemungkinannya ada dua, hasil pilpres ini diterima lalu Prabowo melakukan negosiasi ke Megawati (PDIP), Surya Paloh (Nasdem) dan Muhaimin (PKB) untuk ikut masuk koalisi atau yang kedua adalah keributan [terkait penghitungan suara] antara kubu 01 dan 03 melawan 02. Bila Nasdem dan PKB menyeberang, berarti sudah selesai," kata Lionel.
Pasar akan melihat dinamika di dalam 02 juga di antara para loyalis Prabowo dan kubu Gibran yang disokong oleh petahana Presiden Joko Widodo.
Pasar SBN akan tetapi diperkirakan masih akan tertahan sedikit oleh indeks dolar AS yang masih menguat di 104, setelah sebelumnya menyentuh 105 di mana itu mungkin membatasi potensi penguatan rupiah hari ini. "Yield INDOGB dan INDON berpeluang turun menuju kisaran masing-masing di 6,55%-6,65% dan 4,85%-4,95% karena euforia pasca Pemilu," kata Lionel.
Potensi apresiasi rupiah menuju rentang Rp15.400-Rp15.500/US$ pasca-pemilu tetap terbuka. Namun, potensi pergerakan sideways rupiah hari ini juga terbuka di rentang Rp15.500-Rp15.600/US$ akibat situasi global yang masih belum kondusif, imbuh Lionel.
Bagi pemodal asing, kepastian hasil pemilu akan menjadi momen untuk menetapkan langkah berikut. "Hasil quick-count akan menjaga sentimen investor terhadap Indonesia. Prabowo memiliki sejarah [pelanggaran] hak asasi manusia yang memprihatinkan. Namun, kampanye dan komitmennya terhadap kesinambungan kebijakan seharusnya bisa mencegah arus modal asing keluar dan termasuk risiko politik," kata Brendan McKenna, Emerging Market Economist and Currency Strategist di Wells Fergo New York.
Keberlanjutan kebijakan dan konsolidasi fiskal akan menjadi hal yang sangat penting, kata McKenna. Bila Prabowo terlihat tidak melanjutkan kebijakan yang sudah dijalankan Presiden Joko Widodo, sentimen itu bisa goyah, jelasnya.
"Dalam jangka panjang, kecuali ada skenario alternatif yang lebih jelas, perkembangan global dan eksternal sepertinya masih akan menjadi penyetir utama pergerakan rupiah ketimbang isu politik dalam negeri," kata McKenna.
Dari pasar global, aset-aset emerging market termasuk di Indonesia kemungkinan masih akan terbantu reli Wall Street tadi malam didorong oleh optimisme karena capaian kinerja cemerlang korporasi-korporasi, mengimbang kekhawatiran terhadap inflasi yang masih keras kepala.
Beberapa pejabat The Fed memberi pernyataan yang sedikit dovish pasca rilis data inflasi. Gubernur Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee menyatakan pada Rabu kemarin, inflasi yang sedikit lebih tinggi dalam beberapa bulan masih konsisten dengan target bank sentral di 2%.
Sementara pejabat pengawas perbankan The Fed Michael Barr menyatakan, para pengambil kebijakan masih perlu melihat lagi data yang lebih banyak yang menunjukkan inflasi berlanjut ke level target The Fed sebelum memutuskan memangkas bunga.
(rui)